BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah
kesehatan utama Negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak di
anggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun
gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya
serta keridaktepatan individu dalam berprilaku yang dapat mengganggu kelompok
dan masyarakat.
Semaraknya aliran sesat saat ini menggambarkan tidak sedikit
orang yang mengalami gangguan berfikir yang umumnya dikenali dari pembicaraan
dan tulisan yang sering mereka kemukakan. Dalam ilmu kedokteran jiwa, gangguan
pola pikir yang demikian dikenal dengan istilah waham. Waham biasanya sulit dideteksi
sampai system waham mereka disadari oleh keluarga dan teman-temannya.
B.
Tujuan
Untuk
mengetahuai dan memahami seputar waham dan juga untuk melatih kita dalam pembuatan askep sebagai panduan dalam
melakukan praktik klinik keperawatan jiwa di rumah sakit.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Tinjauan
Teori
I. Defenisi
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan
penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya
klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti
adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan
aniaya. (Keliat, 1999).
Waham adalah
keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen,
1998).
Waham adalah
keyakinan klien yang tidak sesuai dengan keyataan tetapi dipertahankan dan
tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari
pemikiran klien dimana sudah kehilangan control (Depkes RI, 1994).
II. Jenis-jenis
Waham
1.
Waham kebesaran
Suatu
kenyataan palsu dimana seorang memperluas atau memperbesar kepentingan dirinya,
baik kualitas tindakan/kejadian/orang disekelilingnya, dalam bentuk tidak
realistik. Waham ini timbul akibat perasaan yang tidak wajar, tidak aman dan
rasa rendah diri yang secara sadar dihalangi oleh komponen ideal dan efektif
dari waham itu sendiri. Isi dari waham kebesaran sering menunjukkan kekecewaan,
kegagalan, dan perasaan tidak aman. Contoh : “ Saya adalah Soekarno, punya
banyak perusahaan dan rumah di berbagai Negara serta bisa menyembuhkan berbagai
penyakit”
2.
Waham Kejar/curiga
Meyakini
bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai dirinya,
diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : “Ada
wartawan yang selalu mengintai saya, teman saya ingin menghancurkan hidup saya,
dokter itu akan membunuhku”
3.
Waham agama
Memiliki
keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali tapi
tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : ”Saya adalah nabi yang diutus oleh
Tuhan”
4.
Waham somatic
Kecenderungan
yang menyimpang dan bersifat dungu mengenai fungsi dan keadaan tubuhnya, contoh
: “Saya menderita kanker, dalam tubuh saya banyak terdapat racun dan berbau
busuk”
5.
Waham nihilistic
Meyakini
bahwa dirinya sudah tidak ada didusnia/meninggal, diucapkan berulang kali tapi
tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : ”Saya sebenarnya sudah meninggal, yang
ada sekarang hanyalah rohku”
III. Penyebab
1.
Faktor predisposisi yang mungkin
mengakibatkan timbulnya waham (Stuart adn Sundeen, 1995.dikutip oleh Keliat,
B.A.1998) adalah:
a.
Biologis
Gangguan
perkembangan dan fungsi otak/SSP yang menimbulkan :
1)
Hambatan perkembangan otak khususnya kortek prontal, temporal dan limbic
2)
Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal, neonatus dan
kanak-kanak.
b. Psikososial
Keluarga,
pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.
Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi seperti penolakan dan kekerasan
c.
Sosial Budaya
Kehidupan
sosial budaya dapat pula mempengaruhi timbulnya waham seperti kemiskinan.
Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) serta kehidupan yang terisolasi dan stress
yang menumpuk.
2.
Faktor prespitasi yang biasanya
menimbulkan waham merupakan karakteristik umum latar belakang termasuk riwayat
penganiayaan fisik / emosional, perlakuan kekerasan dari orang tua, tuntutan
pendidikan yang perfeksionis, tekanan, isolasi, permusuhan, perasaan tidak
berguna ataupun tidak berdaya.
IV. Proses
Terjadinya Waham
Menurut
Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1.
Fase of human need
Waham
diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun
psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan
status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk
melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat
tinggi.
2.
Fase lack of self esteem
Tidak
adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal
dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan
yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3.
Fase control internal external
Klien
mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan
adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan, tetapi
menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi
hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan
menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang
lain.
4. Fase
envinment support
Adanya
beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien
merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut
sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai
terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase
comforting
Klien
merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua
orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai
halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien
sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial)
6. Fase improving
Apabila
tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang
salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan
traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang
hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
V. Tanda
dan Gejala
Kognitif
|
Fisik
|
Hubungan
Sosial
|
·
Tidak mampu membedakan nyata dengan
tidak nyata
·
Individu sangat percaya pada
keyakinannya
·
Sulit berfikir realita
·
Tidak mampu mengambil keputusan
|
§ Higiene
kurang
§
Muka pucat
§
Sering menguap
§
BB menurun
§
Nafsu makan berkurang dan sulit
tidur
|
·
Hipersensitif
·
Hubungan interpersonal dengan orang
lain dangkal
·
Depresif
·
Ragu-ragu
·
Mengancam secara verbal
·
Streotif
·
Impulsive
·
Curiga
|
VI.
Penatalaksanaan
Perawatan
dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena, kemungkinan dapat
menimbulkan kemunduran mental.
Penatalaksanaan
klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi lainnya seperti:
terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah
laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya
bertujuan untuk memperbaiki prilaku klien dengan waham pada gangguan
skizoprenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu
proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan
fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
B.
Tinjauan Kasus
Wanita berusia
35 tahun dibawa ke UGD Rumah Sakit jiwa dengan keluhan utama mengamuk, dialami
sejak 3 hari yang lalu. Menurut keluarganya, ia mengamuk karena ada yang
menegurnya saat ia melempar ayam tetangganya sampai mati saat masuk ke halaman
rumahnya. Klien merasa ia adalah orang yang paling benar dan paling tahu apa
yang harus dilakukan. Tidak sepantasnya bila tindakannya disalahkan. Satu
tahun yang lalu klien masuk rumah sakit
dengan keluhan yang sama. Hasil Pengkajian tanda
–tanda vital : TD : 120/70 mmHg, RR : 20x/menit, N : 72x/menit, BB : 46 kg, TB
: 160 cm. Penampilan tampak tidak rapi.
1. Pengkajian
a. Identitas
klien
Nama : -
Usia : 35 tahun
Jenis
kelamin : perempuan
Nomor
CM : -
b.
Keluhan utama
Mengamuk
sejak 3 hari yang lalu
c.
Riwayat kesehatan lalu
Pernah
masuk RS dengan keluhan yang sama tahun lalu
d.
Klasifikasi data
Data Subyektif : keluarga
mengatakan klien mengamuk kerena ada yang menegurnya saat klien melempar ayam
tetangganya sampai mati saat masuk ke halaman rumahnya dan klien merasa
tindakan yang dilakukannya adalah yang paling benar dan tak sepantasnya
tindakannya iru disalahkan.
Data Obyektif : dari
hasil pengkajian diperoleh TD : 120/70 mmHg, P : 20x/menit, N : 72x/menit, BB :
46 Kg, TB : 160 cm, dan penampilan klien tampak tidak rapi
e.
Analisa data
No
|
Data
|
Masalah
|
1
|
Data
Subyektif
Klien merasa Ia adalah orang yang
paling benar
Data
Obyektif
-
|
Waham
kebesaran
|
2
|
Data
Subyektif
Keluarga klien mengatakan klien
mengamuk karena ada yang menegurnya saaat klien melempar ayam tetangganya
sampai mati
Data
Obyektif
-
|
Resiko
prilaku kekerasan
|
3
|
Data
subyektif
-
Data
obyektif
·
BB : 46 kg, TB : 160 cm
·
Penampilan tampak tidak rapi
|
Harga
diri rendah kronis
|
2.
Pohon Masalah dan diagnose Keperawatan
Pohon
masalah
Effect : Resiko
Tinggi Perilaku Kekerasan
CP : Gangguan Isi Pikir :
Waham
Causa : Isolasi
Sosial
Harga
Diri Rendah Kronis
Dignosa
1.
Gangguan isi pikir : waham
2.
Resiko tinggi prilaku kekerasan
3.
Harga diri rendah kronis
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun yang dapat kami simpulkan dari makalah ini yaitu bahwa waham adalah suatu
keyakinan atau pemahaman yang salah, yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
ada tapi tetap dipertahankan dan diyakini keberadaannya atau kebenarannya.
waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat. Semakin akut psikosis seseorang sering-sering waham ditemui.
Langkah yang dapat kita ambil adalah harus bersikap adjektif, membina hubungan
saling percaya serta hubungan interpersonal.
B.
Saran
Kepada perawat
diharapkan agar dapat memahami gangguan waham untuk dapat membantu klien dalam
mencapai kesembuhan
Karena keterbatasan refrensi, kami
harap agar dosen pembimbing mata kuliah bisa memberikan perpanjangan waktu
dalam pembuatan tugas yang diberikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar