Sabtu, 24 Agustus 2013

Keperawtan Jiwa WAHAM



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama Negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak di anggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta keridaktepatan individu dalam berprilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat.
Semaraknya aliran sesat saat ini menggambarkan tidak sedikit orang yang mengalami gangguan berfikir yang umumnya dikenali dari pembicaraan dan tulisan yang sering mereka kemukakan. Dalam ilmu kedokteran jiwa, gangguan pola pikir yang demikian dikenal dengan istilah waham. Waham biasanya sulit dideteksi sampai system waham mereka disadari oleh keluarga dan teman-temannya.

B.    Tujuan
Untuk mengetahuai dan memahami seputar waham dan juga untuk melatih kita dalam  pembuatan askep sebagai panduan dalam melakukan praktik klinik keperawatan jiwa di rumah sakit.









BAB II
PEMBAHASAN
A.    Tinjauan Teori
          I.    Defenisi
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Keliat, 1999).
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan keyataan tetapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan control (Depkes RI, 1994).

        II.    Jenis-jenis Waham
1.    Waham kebesaran
Suatu kenyataan palsu dimana seorang memperluas atau memperbesar kepentingan dirinya, baik kualitas tindakan/kejadian/orang disekelilingnya, dalam bentuk tidak realistik. Waham ini timbul akibat perasaan yang tidak wajar, tidak aman dan rasa rendah diri yang secara sadar dihalangi oleh komponen ideal dan efektif dari waham itu sendiri. Isi dari waham kebesaran sering menunjukkan kekecewaan, kegagalan, dan perasaan tidak aman. Contoh : “ Saya adalah Soekarno, punya banyak perusahaan dan rumah di berbagai Negara serta bisa menyembuhkan berbagai penyakit”
2.    Waham Kejar/curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : “Ada wartawan yang selalu mengintai saya, teman saya ingin menghancurkan hidup saya, dokter itu akan membunuhku”


3.    Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : ”Saya adalah nabi yang diutus oleh Tuhan”
4.    Waham somatic
Kecenderungan yang menyimpang dan bersifat dungu mengenai fungsi dan keadaan tubuhnya, contoh : “Saya menderita kanker, dalam tubuh saya banyak terdapat racun dan berbau busuk”
5.    Waham nihilistic
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didusnia/meninggal, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : ”Saya sebenarnya sudah meninggal, yang ada sekarang hanyalah rohku”

       III.    Penyebab
1.    Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan timbulnya waham (Stuart adn Sundeen, 1995.dikutip oleh Keliat, B.A.1998) adalah:
a.    Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak/SSP yang menimbulkan :
1) Hambatan perkembangan otak khususnya kortek prontal, temporal dan limbic
2) Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal, neonatus dan kanak-kanak.
b.  Psikososial
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi seperti penolakan dan kekerasan
c.    Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi timbulnya waham seperti kemiskinan. Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan)  serta kehidupan yang terisolasi dan stress yang menumpuk.

2.    Faktor prespitasi yang biasanya menimbulkan waham merupakan karakteristik umum latar belakang termasuk riwayat penganiayaan fisik / emosional, perlakuan kekerasan dari orang tua, tuntutan pendidikan yang perfeksionis, tekanan, isolasi, permusuhan, perasaan tidak berguna ataupun tidak berdaya.
      IV.    Proses Terjadinya Waham
Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1.    Fase of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi.
2.    Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3.    Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4.    Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5.    Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial)
6.     Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

        V.    Tanda dan Gejala
Kognitif
Fisik
Hubungan Sosial
·         Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
·         Individu sangat percaya pada keyakinannya
·         Sulit berfikir realita
·         Tidak mampu mengambil keputusan
§  Higiene kurang
§  Muka pucat
§  Sering menguap
§  BB menurun
§  Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

·         Hipersensitif
·         Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
·         Depresif
·         Ragu-ragu
·         Mengancam secara verbal
·         Streotif
·          Impulsive
·         Curiga


  VI.        Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena, kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental.
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi lainnya seperti: terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki prilaku klien dengan waham pada gangguan skizoprenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

B.    Tinjauan Kasus
Wanita berusia 35 tahun dibawa ke UGD Rumah Sakit jiwa dengan keluhan utama mengamuk, dialami sejak 3 hari yang lalu. Menurut keluarganya, ia mengamuk karena ada yang menegurnya saat ia melempar ayam tetangganya sampai mati saat masuk ke halaman rumahnya. Klien merasa ia adalah orang yang paling benar dan paling tahu apa yang harus dilakukan. Tidak sepantasnya bila tindakannya disalahkan. Satu tahun yang lalu klien masuk  rumah sakit dengan keluhan yang sama. Hasil Pengkajian tanda –tanda vital : TD : 120/70 mmHg, RR : 20x/menit, N : 72x/menit, BB : 46 kg, TB : 160 cm. Penampilan tampak tidak rapi.
1.    Pengkajian
a.  Identitas klien
Nama                      : -
Usia                                    : 35 tahun
Jenis kelamin         : perempuan
Nomor CM             : -
b.    Keluhan utama
Mengamuk sejak 3 hari yang lalu
c.    Riwayat kesehatan lalu
Pernah masuk RS dengan keluhan yang sama tahun lalu
d.    Klasifikasi data
Data Subyektif : keluarga mengatakan klien mengamuk kerena ada yang menegurnya saat klien melempar ayam tetangganya sampai mati saat masuk ke halaman rumahnya dan klien merasa tindakan yang dilakukannya adalah yang paling benar dan tak sepantasnya tindakannya iru disalahkan.
Data Obyektif   : dari hasil pengkajian diperoleh TD : 120/70 mmHg, P : 20x/menit, N : 72x/menit, BB : 46 Kg, TB : 160 cm, dan penampilan klien tampak tidak rapi


e.    Analisa data

No
Data
Masalah
1
Data Subyektif
Klien merasa Ia adalah orang yang paling benar
Data Obyektif
-
Waham kebesaran
2
Data Subyektif
Keluarga klien mengatakan klien mengamuk karena ada yang menegurnya saaat klien melempar ayam tetangganya sampai mati
Data Obyektif
-
Resiko prilaku kekerasan
3
Data subyektif
-
Data obyektif
·        BB : 46 kg, TB : 160 cm
·        Penampilan tampak tidak rapi
Harga diri rendah kronis







2.    Pohon Masalah dan diagnose Keperawatan
Pohon masalah

Effect   :                       Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan
 


CP       :                       Gangguan Isi Pikir : Waham

Causa :                                   Isolasi Sosial


 


Harga Diri Rendah Kronis


Dignosa
1.    Gangguan isi pikir : waham
2.    Resiko tinggi prilaku kekerasan
3.    Harga diri rendah kronis












































































































































































BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Adapun yang dapat kami simpulkan dari  makalah ini yaitu bahwa waham adalah suatu keyakinan atau pemahaman yang salah, yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada tapi tetap dipertahankan dan diyakini keberadaannya atau kebenarannya. waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat. Semakin akut psikosis  seseorang sering-sering waham ditemui. Langkah yang dapat kita ambil adalah harus bersikap adjektif, membina hubungan saling percaya serta hubungan  interpersonal.

B.    Saran
Kepada perawat diharapkan agar dapat memahami gangguan waham untuk dapat membantu klien dalam mencapai kesembuhan
Karena keterbatasan refrensi, kami harap agar dosen pembimbing mata kuliah bisa memberikan perpanjangan waktu dalam pembuatan tugas yang diberikan
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar