Minggu, 08 September 2013

LP: NHS



LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II DENGAN STROKE NON HEMORAGEK (NHS) DI RUMAH SAKIT HAJI PROV-SULSEL


 







OLEH
ISMI
14220100220
             CI  LAHAN                                                                                CI  INSTITUSI


(……………………………..)                                                     (………………………….....)

PRAKTIK KLINIK PROGRAM AKADEMIK
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013
LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE NON HEMORAGEK (NHS)
A.   DEFENISI
            stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun.
            Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi cerebral, baik fokal maupun global, yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskuler (definisi menurut WHO).
            Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk , 2000). 
            Stroke adalah gangguan fungsi otak akut yang disebabkan terhentinya suplai darah ke otak dimana terjadi secara mendadak dan cepat dengan gejala sesuai dengan daerah fokal di otak yang mengalami gangguan.
            Stroke non hemoragik non hemoragik adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala- gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis. Patologis ini menyebabkan perdarahan dari sebuah robekan yang terjadi pada dinding pembuluh atau kerusakan sirkulasi serebral oleh oklusi parsial atau seluruh lumen pembuluh darah dengan pengaruh yang bersifat sementara atau permanen.

B.   KLASIFIKASI
Berikut klasifikasi dari stroke non hemoragik adalah :
a.    Trombosis cerebri, terjadi penyempitan lumen pembuluh darah otak perlahan karna proses arterosklerosis cerebral dan perlambatan sirkulasi serebral.
b.    Embolisme cerebral, penyempitan pembuluh darah terjadi mendadak akibat abnormalitas patologik pada jantung. Embolus biasanya menyumbat arteri cerebral tengah atau cabang-cabangnya,yang merusak sirkulasi cerebral

C.   ETIOLOGI
Berikut beberapa penyebab terjadinya NHS yaitu :
a.    Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma (endapan lemak) yang kadarnya berlebihan dalam pembuluh darah. Selain dari endapan lemak, aterosklerosis ini juga mungkin karena arteriosklerosis, yaitu penebalan dinding arteri (tunika intima) karena timbunan kalsium yang kemudian mengakibatkan bertambahnya diameter pembuluh darah dengan atau tanpa mengecilnya pembuluh darah.
b.    Infeksi
Peradangan juga menyebabkan menyempitnya pembuluh darah, terutama yang menuju ke otak.
c.    Obat-obatan
Ada beberapa jenis obat-obatan yang justru dapat menyebabkan stroke seperti: amfetamin dan kokain dengan jalan mempersempit lumen pembuluh darah ke otak.
d.    Hipotensi
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini sangat parah dan menahun.
Menurut Baughman, C Diane.dkk (2000) stroke biasanya di akibatkan dari salah satu tempat kejadian, yaitu:
1.    Thrombosis
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
2.    Embolisme serebral
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :
a.    Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.(RHD)
b.    Myocard infark
c.    Fibrilasi.
d.    Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
e.    Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan  terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
3.    Hemorargik cerebral
Pecahnya pembuluh darah serebral dengan perlahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Akibatnya adalah gangguan suplai darah ke otak , menyebabkan kehilangan gerak, pikir, memori, bicara, atau sensasi baik sementara atau permanen.

D.   MENIFESTASI KLINIK
1.    Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap
2.    Sementara, namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)
3.    Gejala makin lama makin berat (progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution
4.    Sudah menetap/permanen
            Berikut juga beberapa tanda dan gejala dari stroke non hemoregik adalah sbb:
·         Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerak motorik. Karena neuron motor atas melintas, gangguan kontrol volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motor yang paling umum adalah
a)    Hemiplegia, yaitu paralisis pada salah satu sisi.
b)    Hemiparesis, yaitu kelemahan pada salah satu sisi tubuh
·         Kehilangan komunikasi
a)    Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara
b)    Disfasia atau Afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif
c)    Apraksia (ketidak mampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya
·         Gangguan persepsi
Persepsi adalah ketidakmampuan menginterprestasikan sensasi
a)  Disfungsi persepsi visual
     Kehilangan setengah lapang pandang (hemianopsia), sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis
b)  Kehilangan sensori
     Stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan kemampuan untuk merasakan posisi dan gerak bagian tubuh serta kesulitan dalam menginterpretasikan strimulasi visual, taktil dan auditorius
c)  Gangguan fungsi koknitif dan efek psikologis
     Bila kerusakan terjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori atau fungsi kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini ditunjukan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi
·         Disfungsi kandung kemih
Setelah stroke, pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik postural

E.   PATOFISIOLOGI
            Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor penting trhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah.
            Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus dan embolus maka mulai terjadi kekurangan O2 kejaringan otak. Kekurangan selama 1 menit dapat menyebabkan nekrosis mikroskopis neuron-neuron area kemudian di sebut infark.
            Kekurangan O2 pada awalnya mungkin akibat iskemik umumnya (karena henti jantung / hipotensi ) / hipoksia karena proses anemia / kesulitan bernafas. Jika neuron hanya mengalami iskemik,maka masih ada peluang untuk menyelamatkannya. Suatu sumbatan pada arteri koroner dapat mengakibatkan suatu infark disekitar zona yang mengalami kekurangan O2
            Stroke karena embolus merupakan akibat dari bekuan darah, lemak dan udara, emboli pada otak kebanyakan berasal dari jantung. Jika perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka massa darah hanya dapat merasuk dan menyela di antara selaput akson massa putih tanpa merusaknya. Pada keadaan ini absorbsi darah akan diikuti oleh pulihnya fungsi-fungsi neurologi. Sedangkan pada perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peninggian tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons. Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan menebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak.
            Pada Kasus stroke non hemorogik, Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologis fokal. (Arif mutakin,2008).
            Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:
1.      Keadaan pembuluh darah.
2.      Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran darah ke otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak menjadi menurun.
3.      Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar pembuluh darah otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak.
4.      Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak.


















PENYIMPANGAN KDM

                                                  STROKE NON HEMORAGEK

                                                Trombosis Cerebral, Emboli Cerebral

                                                   Sumbatan Pembulu Darah di otak


Rounded Rectangle:  Gangguan Perfusi Cerebral
 
                                                                    ↓ Suplai darah dan  O2

                                                                            Udema cerebral

                                                                      ↓ Aliran darah cerebral
 


                       Gangguan metabolism cerebral                                        Kerusakan neuro muskular

                                ↓ Fungsi cerebral                                                  Kehilangan tonus atau control otot


Rounded Rectangle:  Gangguan mobilitas fisik
 
                            Gangguan neurologis                                                Parastesia ; paralysis apatis


 
                             Tingkat kesadaran ↓                                                Kelemahan/kerusakan menelan

Rounded Rectangle:  Resti  nutrisi kuang dari Keb.tubuhRounded Rectangle:  Gangguan Kom.verbal                       Tirah baring yang lama










Rounded Rectangle:  Resti Intergritas kulit


Rounded Rectangle:  Defisit perawatan dirir





 




F.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.    Pemeriksaan diagnostic
·         CT scan (Computer Tomografi Scan)
      Pembidaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemerikasaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
·         MRI (Magnatik Resonan Imaging)
      untuk menunjukkan area yang mengalami infark, hemoragik
·         Angiografi serebral
 Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri
·         Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke
·         Sinar X Tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
·         Elektro Encephalografi (EEG)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
·         Dopler Ultrasonography
Untuk mengetahui ukuran dan kecepatan aliran darah yang melalui pembuluh darah
·         Skuli Rontgenogram
Untuk mengetahui klasifikasi intra cranial
·         Digital Substraction Angiography
Untuk mengetahui adanya aklusi atau penyempitan pembuluh darah terutama kolusi arteri karotif

·         Eshoencephalography
Untuk mengetahui adanya pergeseran dari struktur midline
2.    Pemeriksaan laboratorium
·         Fungsi lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal dan cairan tidak mengandung darah atau jernih.
·         Pemeriksaan darah rutin
·         Pemeriksaan kimia darah
pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. (Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.)
·         Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

G.   TERAPI DAN PENGOBATAN
1.    Penatalaksanaan medis
Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi diuretik untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3-5 hari setelah infark serebral. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler. Medikasi antitrombisit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan trombus dan embolisasi.
2.    Penatalaksanaan pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebri dengan :
·         Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di leher
·         Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh klien TIA
·         Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
·         Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma

3.    Penatalaksanaan stroke di unit gawat darurat
Pasien yang koma dalam pada saat masuk rumah sakit dipertimbangkan mempunyai prognosis buruk. Sebaliknya, pasien sadar penuh menghadapi hasil yang lebih dapat diharapkan. Fase akut biasanya berakhir 48-72 jam. Dengan mempertahankan jalan napas dan ventilasi adekuat adalah prioritas dalam fase akut ini. Selain itu tindakan yang dapat dilakukan untuk menyatabilkan keadaan pasien dengan konsep gawat darurat yang lain yaitu dengan konsep ABC yaitu :
·         Airway artinya mengusahakan agar jalan napas bebas dari segala hambatan, baik akibat hambatan yang terjadi akibat benda asing maupun sebagai akibat strokenya sendiri. Contoh tindakannya adalah pasien dipantau untuk adanya komplikasi pulmonal (aspirasi, atelektasis, pneumonia), yang mungkin berkaitan dengan kehilangan refleks jalan napas, imobilitas, atau hipoventilasi dan Jangan biarkan makanan atau minuman masuk lewat hidung
·         Breathing atau fungsi bernapas yang mungkin terjadi akibat gangguan di pusat napas (akibat stroke) atau oleh karena komplikasi infeksi di saluran napas. Contoh tindakannya adalah intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik perlu untuk pasien dengan stroke masif, karena henti pernapasan biasanya faktor yang mengancam kehidupan pada situasi ini dan  berikan oksigen 2-4 L/menit melalui kanul nasal
·         Cardiovaskular function (fungsi kardiovaskular),  yaitu fungsi jantung dan pembuluh darah. Seringkali terdapat gangguan irama, adanya trombus, atau gangguan tekanan darah yang harus ditangani secara cepat. Gangguan jantung seringkali merupakan penyebab stroke, akan tetapi juga bisa merupakan komplikasi dari stroke tersebut. Contoh tindakannya adalah pasien ditempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang dan jantung diperiksa untuk abnormalitas dalam ukuran dan irama serta tanda gagal jantung kongestik

4.    Keperawatan
Menurut Doenges, Moorhouse & Geissler (2000), tindakan yang dilakukan pada pasien stroke:
a.    Meningkatkan perfusi dan oksigenasi serebral yang adekuat
b.    Mencegah atau meminimalkan komplikasi dan ketidakmampuan yang bersifat permanen
c.    Membantu pasien untuk menemukan kemandiriannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari
d.    Memberikan dukungan terhadap proses koping dan mengintegrasikan perubahan dalam konsep diri pasien
e.    Memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosisnya dan kebutuhan tindakan atau rehabilitasi
            Tindakan lain yang dapat dilakukan antara lain setelah keadaan pasien stabil yaitu (Arif Mansjoer, 2000. hal 17-26) :
·         Pasang jalur intravena dengan larutan salin normal 0,9% dengan kecepatan 20 ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa 5 % dalam air dan salin 0,45% karena dapat memperhebat edema otak
·         Buat rekamanan EKG dan lakukan foto rontgen otak
·         Tegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
·         CT scan atau MRI bila alat tersedia

H.   ASUHAN KEPERAWATAN
1.    Pengkajian
Pengkajian pada stroke meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat pennyakit psikososial.
1)    Identitas klien
      Melipti nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor register, dan diagnosis medis

2)    Keluhan utama
      Sering menjadi alasan kleien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan anggita gerak sebalah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi,dan penurunan tingkat kesadaran.
3)    Data riwayat kesehatan
·         Riwayat kesehatan sekarang
      Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah,bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain
·         Riwayat penyakit dahulu
      Adanya riwayat hipertensi, riwayat steooke sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung,anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan anti kougulan, aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif, dan kegemukan
·         Riwayat penyakit keluarga
      Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
4)    Riwayat psikososial dan spiritual
      Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.
5)    Pola aktivitas sehari-hari
·         Aktivitas / Istirahat
      Gejala: merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,  kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia)
      Tanda: gangguan tonus otot, paralitik dan kelemahan umum, gangguan penglihatan, dan gangguan tingkat kesadaran


·         Sirkulasi
      Gejala: adanya penykit jantung ( penyakit jantung vaskular, endokarditis), polisitemia, dan riwayat hipotensi postural.
      Tanda: hipertensi arterial sehubungan dengan adanya embolisme atau malformasi vaskular. Frekuensi nadi dapat bervariasi karena ketidaksetabilan fungsi jantung, obat-obatan dan efek stroke pada pusat vasomotor
·         Integritas ego
      Gejala: perasaan tidak berdaya, dan putus asa
      Tanda: emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, gembira, dan kesulitan untuk mengekspresikan diri
·         Eliminasi
      Gejala: perubahan pola berkemih seperti inkontinensia, anuria, distensi abdomen, dan bising usus negatif
·         Makanan/cairan
      Gejala: nafsu makan hilang, mual dan muntah selama fase akut (peningkatan TIK). Kehilangan sensasi rasa kecap pada lidah, pipi dan tenggorokan, disfagia. Adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah.
      Tanda: kesulitan menelan (gangguan pada reflek palatum dan faringeal), dan obesitas (faktor resiko)
·         Neurosensori
      Gejala: sinkop atau pusing, sakit kepala, akan sangat berat dengan adanya PIS atau PSA, kelemahan, kesemutan, atau kebas. Penglihatan menurun, kehilangan daya lihat sebagian, penglihatan ganda. Sentuhan, hilangnya rangsang sensorik kolateral pada ekstermitas dan kadang-kadang ipsilateral pada wajah. Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
      Tanda: status mental atau tingkat kesadaran menurun, gangguan tingkah laku (letargi, apatis, menyerang), gangguan fungsi kognitif atau penurunan memori, kelemahan atau paralisis pada ekstermitas, reflek tendon melemah. Afasia, kehilanagan kemempuan menggunakan motorik (afraksia), ukuran atau reaksi pupil tidak sama, dan kejang
·         Nyeri/ Kenyamanan
      Gejala: sakit kepala dengan intesitas yang berbeda-beda
      Tanda: tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, dan ketegangan pada otot (fasia)
·         Pernafasan
      Gejala: merokok
      Tanda: ketidak mampuan menelan, batuk, hambatan jalan nafas. Timbulnya pernafasan sulit, tidak teratur, dan suara nafas terdengar ronchi.
·         Interaksi sosial
      Tanda: masalah bicara, dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi
·         Penyuluhan/pembelajaran
      Gejala: adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke, pemakaian kontrasepsi oral, dan kecanduan alkohol.
6)    Pemeriksaan Fisik
·         Keadaan Umum : Umumnya mengalami penurunan kesadaran.
·         Suara bicara : Kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara
·         TTV : TD meningkat, denyut nadi bervariasi (takikardi/bradikardi).
·         Pemeriksaan integument
ü  Kulit
      Jika klien kekurangan oksigen kulit akan tampak pucat dan jika kekurangn cairan maka turgor kulit akan jelek. Disamping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubtus terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu
ü  Kuku : Perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
·         Rambut : Umumnya tidak ada kelainan
·         Pemeriksaan kepala dan leher
ü  Kepala : Bentuk mecocephal
ü  Muka : Umumnya tidak simetris yaitu mencong kesalah satu sisi
ü  Leher : Kaku kuduk jarang terjadi (satya negara. 1998)
·         Pemeriksaan dada
      Pada pernapasan kadang didapatkan suara napas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara napas tambahan, pernapasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
·         Pemeriksaan Abdomen
      Didapatkan penurunan peristaltic usus akibat bed rewst yang lama, dan kadang terdapat kembung
·         Pemeriksaan Inguinal, genetalia, dan anus
      Kadang terdapat incontinensia atau retensi urine
·         Pemeriksaan ekstremitas
      Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu tubuh
7)    Pemeriksaan neurologis
·         Pemeriksaan nervus cranial
      Umumnya terdapat terdapat gangguan pada nervus kranialis VII dan XII sentral
·         Pemeriksaan motorik
      Hampir selalu terjadi kelumpuhan (kelemahan pada salah satu sisi tubuh)
·         Pemeriksaan sensorik : Dapat terjadi hemiparesis
·         Pemeriksaan reflex
      Pada pola fase akut refleks fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan kembali didahului dengan refeks patologis.
8)    Test fungsi serebral
·         Pemeriksaan tingkat kesadaran GCS
a.  Respon membuka mata Nilai 1-4
b.  Respon bicara Nilai 1-5
c.  Respon motorik Nilai 1-6


·         Daya ingat (memori)
a.  Immediale memory/segera setelah presentasi
b.  Recent memory/beberapa menit, jam, dan hari
c.  presentasi Remote memory/post memory beberapa tahun atau jangka waktu lama
9)    Test Fungsi Refleks
·         Refleks fisiologis : Refleks kornea, pharing, cahaya, abdominal, biceps, triceps, brachioradialis
·         Refleks Pathologis : Refleks Babinski, Chaddock, Palmomental
·         Test Fungsi Motorik dan Fungsi Cerebellum
·         Test apakah pasien bisa berdiri lurus di jalan lintasan
·         Test keseimbangan koordinasi ”Ikuti jari saya, tunjuk jari saya, tunjuk hidung sendiri”
10) Test tonus dan kekuatan otot
·         Test kekuatan otot dipalpasi apakah otot terasa kenyal atau lunak.
·         Tonus otot apakah hypotoni atau hipertoni.
·         Periksa kekuatan otot anggota gerak atas kanan dan kiri dengan cara ; pemeriksa mencoba menggerakkan, sementara klien mempertahankan, dan klien yang menggerakkan dan pemeriksa yang menahan. Memakai enam penilaian/gradasi yaitu :
0 = bila terlihat tidak kontraksi
1 = terlihat kontraksi tetapi tidak ada gerakan sendi
2 = ada gerakan pada sendi, tetapi tidak melawan gravitasi
3 = bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan/melawantahanan pemeriksa/dengan tahanan ringan.
4 =bisa bergerak melawan tahanan sedang dari pemeriksa tetapi kekuatannya berkurang
5 = dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal



2.    Diagnose
1.    Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama
2.    Defisist perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler, menurunya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol otot atau koordinasi di tandai oleh kelemahan untuk ADL, seperti makan, mandi dll.
3.    Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubunagn dengan imobilisasi dan asupan cairan yang tidak adekuat
4.    Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan
5.    Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak
6.    Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penyakit yamg diderita
7.    Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan interupsi aliran darah, oklusif, hemoragi, edema serebral, vasospasme.

3.    Intervensi
1.    Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama
Tujuan :
            setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x24jamklien mampu memperthankan keutuhan kulit
Kriteria hasil :
            klien mampu perpartisipasi dalam penyembuhan luka, mengetahui cara dan penyebab luka, tidak ada tanda kemerahan atau luka
a.    Anjurkan klien untuk melakukan latihan ROM dan mobilisasi jika munkin
R : meningkatkan aliran darah ke semua daerah
b.    Ubah posisi setiap 2 jam
R : menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah
c.    Gunakan bantal air atau bantal yang lunak di bawah area yang menonjol.
R : mengindari tekanan yang berlebihan pada daerah yang menonjol
d.    Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah posisis
R : mengindari kerusakan kapiler.
e.    Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap mengubah posisi
R : hangan dan pelunakan merupakan tanda kerusakan jaringan.
f.     jaga kebersihan kulit dan hidari seminimal munkin terauma,panas terhadap kulit
R : untuk mempertahankan ke utuhan kulit
2.    Defisist perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler, menurunya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol otot atau koordinasi di tandai oleh kelemahan untuk ADL, seperti makan, mandi dll.
Tujuan :
            setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam  terjadi prilaku peningkatan perawatan diri.
Kriteria hasil :
            klien menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatna diri sesuai dengan tingkat kemampuan, mengidentifikasikan personal masyarakat yang dapat membantu.
a.    Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0 – 4 untuk melakukan ADL
R : membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individu

b.    Hindari apa yang tidak dapat di lakukan oleh klien dan bantu bila perlu
R : klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini di lakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien
c.    Menyadarkan tingkah laku atau sugesti tindakan pada perlindungan kelemahan. Pertahankan dukungan pola pikir dan izinkan klien melakukan tugas, beri umpan balik yang positif untuk usahanya.
R: klien memerlukan empati, tetapi perlu mengetahui perawatan yang konsisten dalam menangani klien, skaligus meningkatkan harga diri klien, memandirikan klien, dan menganjurkan klie untuk terus mencoba
d.    Rencankan tindakan untuk deficit pengelihatan dan seperti tempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur ke dinding
R : klien mampu melihat dan memakan makanan, akan mampu melihat kelaurmasuk orang ke ruangan.
3.    Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubunagn dengan imobilisasi dan asupan cairan yang tidak adekuat
Tujuan :
            setelah di lakukan tindakan keperawatan selam 2x24 jam gangguan eliminasi fecal ( konstipasi) tidak terjadi lagi.
Kriteria  hasil :
            klien BAB lancer,konsistensi feces encer, Tidak terjadi konstipasi lagi.
a.    Kaji pola eliminasi BAB
R : untuk mengetahui frekuensi BAB klien, mengidentifikasi masalah BAB pada klien
b.    Anjurkan untuk mengosumsi buah dan sayur kaya serat.
R : untuk mempelancar BAB
c.    Anjurkan klien untuk banyak minum air putih, kurang lebih 18 gelas/hari, untuk mengencerkan feces dan mempermudah pengeluaran feces.
d.    Berikan latihan ROM pasif, 
R : untuk meningkatkan defikasi
e.    Kolaborasi pemberian obat pencahar
R: untuk membantu pelunakkan dan  pengeluaran feces
4.    Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan
Tujuan :
            Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan kondisi kurang nutrisi bisa berangsur teratasi
Kriteria Hasil :
-        Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
-        Peningkatan asupan makanan terpenuhi
-        Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
-        Keluarga Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
-        Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
a.    Kaji adanya alergi makanan
R : Untuk menghindari efek tak diinginkan
b.    Pasang NGT pada pasien
R : Sebagai sarana memasukan makanan sumber nutrisi
c.    Anjurkan pasien untuk meningkat intake Fe ( berikan nutrisi tinggi Fe )
R : Untuk meningkatkan kualitas darah merah
d.    Tingkatkan intake protein
R : Untuk memperbaiki sel rusak sebagai nutrisi otot juga
e.    Monitor Intake dan Output nutrisi
R : Untuk menjaga status gizi
f.     Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
R : Agar keluarga dan pasien kooperatif dan mendukung tindakan
g.    Kolaborasi dengan ahli gizi menentukan nutrisi yang dibutuhkan pasien
R : Untuk menentukan diit tepat sehat untuk pasien
5.    Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah otak
Tujuan :
            Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan 5 x 24 jam diharapkan komunikasi berangsur membaik
KriteriaHasil :
-        Gunakan komunikasi dengan menggunakan tulisan tangan.
-        Gunakan bicara vokal.
-        Gunakan foto dan gambar
-        Gunakan kejelasan bicara.
-        Gunakan bahasa nonverbal.
a.    Minta bantuan keluarga yang mengerti tentang pembicaraan pasien
R : Agar komunikasi jelas dan lancer
b.    Gunakan kata-kata yang sederhana dan kalimat pendek
R : Agar mudah dimengerti
c.    Berdiri disamping pasien ketika bicara
R : Agar lebih jelas pembicaraan diterima pasien
d.    Gunakan gerakan isyarat
R : Agar pasien mengerti
e.    Berbicara lebih keras di akhir kalimat
R : Agar lebih perhatian
f.     Ajarkan pasien dan motivasi untuk belajar berbicara
R : Untuk meningkatkan verbal secara optimalnya
6.    Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penyakit yamg diderita
Tujuan :
            Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan pasienb dapat menunjukan peningkatan mobilitas se optimal mungkin

Kriteria Hasil :
-        Keseimbangan penampilan
-        Mengerti tujuan dan meningkatkan mobilitas
-        Memposisikan tubuh
-        Gerakan otot
-        Gerakan sendi
-        Ambulansi jalan
-        Ambulansi kursi roda
-        Ket Skala:
1 : Dibantu total
2 : Memerlukanbantuan orang lain danalat
3 : Memerlukan orang lain
4 : Dapat melakukan sendiri dengan bantuan alat
5 : Mandiri
a.    Tempatkan pada  tempat tidur yang aman
R : Untuk mengurangi resiko cidera
b.    Monitor TTV sebelum dan sesudah latihan
R : Untuk mengetahui kondisi klien
c.    Konsultasikan dengan fisioterapi tentang rencana ambulansi sesuai kebutuhan
R : Untuk memaksimalkan kerja motorik dan otot
d.    Berikan Range of Motion
R : Sebagai terapi aktivitas fisik
e.    Lakukan tirah baring 2 jam sekali
R : Untuk mencegah ulkus dekubitus
f.     Ajarkan keluarga dan pasien bagaimana cara merobah posisi
R : Untuk memandirikan dan keluarga lebih mengerti
7.    Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan interupsi aliran darah, oklusif, hemoragi, edema serebral, vasospasme.


Tujuan:
            perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal dengan kriteria hasil yang ingin dicapai yaitu: klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, atau kejang. GCS: 15 (E:4 M:6 V:5), tanda-tanda vital dalam batas normal, tingkat kesadaran membaik, dan tidak ada penurunan fungsi neurologis.
a.    Kaji faktor penyebab dan beri penjelasan kepada keluarga tentang sebab-sabab peningkatan TIK dan akibatnya.
R : mempengaruhi penetapan intervensi. Kerusakan atau kemunduran tanda dan gejala neurologis atau kegagalan mempebaikinya setelah fase awal memerlukan tindakan pembedahan dan atau pasien harus dipindahkan keruang perawatan kritis (ICU) untuk melakukan pemantauan TIK. 
b.    Pantau atau catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan normalnya
R : dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut.
c.    Monitor tanda-tanda vital seperti: (tekanan darah, nadi, suhu, dan frekuensi pernafasan).
R : pada keadaan normal, otoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan otoreguler akan menyebabkan kerusakan vaskuler serebri yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diikuti oleh penurunan tekanan diastolik, sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi.
d.    Tinggikan posisi kepala 30-450 dan dalam posisi anatomis (netral).
R : menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan meningkatkan sirkulasi atau perfusi serebral.
e.    Pertahankan keadaan tirah baring, ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang, dan batasi pengunjung.
R : aktivitas atau stimulasi yang kontinu dapat meningkatkan TIK.
f.     Anjurkan klien untuk tidak menekuk lutut, batuk, bersin atau mengejan berlebihan.
R : batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intrakranial.
g.    Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi.
R : menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi serebral dan tekanan meningkat atau terbentuknya edema.
h.    Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: antikoagulan heparin, antifibrolitik asam aminocaproid, antihipertensi, steroid, diuretik,
R: dapat digunakan untuk memperbaiki aliran darah serebral, untuk mencegah lisis bekuan yang terbentuk dan perdarahan berulang.





















DAFTAR PUSTAKA

Doengoes,  E, Marylin. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3.  Jakarta : EGC
      Haris. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan NHS. on-line             (http://haris715.blogspot.com/2012/11/asuhan-keperawatan-pada-klien-            dengan_6877.html#.UiL2RlOXBtg)
J, Iskandar. 2007. Stroke A-Z. Jakarta : PT. BIP-Gramedia
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem    Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 4. Jakarta : Interna     Publishing.