Rabu, 18 September 2013

Laporan Pendahuluan Plasenta Previo



LAPORAN PENDAHULUAN

ANTENATAL CARE DENGAN PLASENTA PREVIA
DI RUMAH SAKIT SYEKH YUSUS


 







OLEH
ISMI
14220100220
             CI  LAHAN                                                                                CI  INSTITUSI


(……………………………..)                                                     (………………………….....)

PRAKTIK KLINIK PROGRAM AKADEMIK
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2012
LAPORAN PENDAHULUAN
PLASENTA PRREVIA
A.   DEFENISI
Menurut Cunningham (2006), plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.
Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = Di depan ; vias = jalan).   Jadi yang dimaksud ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. (Obstetri Patologi;UNPAD)
plasenta yang letaknya pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir ( Kapita Selekta Kedokteran Fakultas Kedokteran UI edisi ke Tiga )
Placenta praevia adalah placenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal placenta terletak dibagian atas uterus. (Sarwono,2007)
Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa yang didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu :
1.    Plasenta previa totalis , apabila seluruh pembukaan (ostium internus servisis) tertutup oleh jaringan plasenta .
2.    Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus servisis) tertutup oleh jaringan plasenta .
3.    Plasenta previa marginalis , apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan (ostium internus servisis)
4.    Plasenta letak rendah , apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir permukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.

B.   ETIOLOGI
Beberapa faktor dan etiologi dari plasenta previa tidak diketahui. Tetapi diduga hal tersebut berhubungan dengan abnormalitas dari vaskularisasi endometrium yang mungkin disebabkan oleh timbulnya parut akibat trauma operasi/infeksi. Plasenta yang melekat pada area ini akan rusak akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim. Kemudian perdarahan akan terjadi akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim untuk berkonstruksi secara adekuat. Berikut faktor risikoseseorang menderita  plasenta previa, yaitu:
1.    Riwayat plasenta previa sebelumnya.
2.    Riwayat seksio sesarea.
3.    Riwayat aborsi.
4.    Kehamilan ganda.
5.    Umur ibu yang telah lanjut, wanita lebih dari 35 tahun.
6.    Multiparitas.
7.    Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim, sehingga mempersempit permukaan bagi penempatan plasenta.
8.    Adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya. Misalnya dari indung telur setelah kehamilan sebelumnya atau endometriosis.
9.    Adanya trauma selama kehamilan.
10. Sosial ekonomi rendah/gizi buruk, patofisiologi dimulai dari usia kehamilan 30 minggu segmen bawah uterus akan terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
11. Mendapat tindakan Kuretase.
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah mencakup :
1.    Perdarahan (hemorrhaging)
2.    Usia lebih dari 35 tahun
3.    Multiparitas
4.    Pengobatan infertilitas
5.    Multiple gestation
6.    Erythroblastosis
7.    Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
8.    Keguguran berulang
9.    Status sosial ekonomi yang rendah
10. Jarak antar kehamilan yang pendek
11. Merokok

C.   MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik dalam hal ini adalah gejala utama dan gejala klinik.
a.    Gejala Utama
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang berwarna merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.
b.    Gejala Klinik
·         Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.
·         Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh adanya rasa sakit.
·         Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
·         Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang terjadi letak janin letak janin (letak lintang atau letak sungsang)
·         Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan, sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.
·         Perdarahan permulaan jarang begitu berat . Biasanya perdarahan akan berhenti sendiri dan terjadi kembali tanpa diduga .
·         Pemeriksaan fisik Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas  panggul. ada kelainan letak janin Pemeriksaan inspekulo : Perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum.
·         Denyut jantung janin ada
·         Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
·         Presentasi mungkin abnormal, implantasi plasenta disekmen bawah rahiim menyebabkan bagian terendah tidak mungkin masuk pintu atas panggul dan menimbulkan kelainan letak janin dalam rahim.

D.   PATOFISIOLOGI
Perdarahan anter partum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat sekmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis. Umumnya terjadi pada trimester ke tiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran sekmen bawah uterus dan pembukaan servik menyababkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena adanya ketidakmampuan selaput otot segmen bawah uterus untuk  berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.
Implantasi plasenta diprakarsai (initiated) oleh embrio (embryonic plate) menempel di uterus (cauda) bagian bawah. Dengan pertumbuhan dan penambahan plasenta, perkembangan plasenta dapat menutupi mulut plasenta (cervical os). Bagaimanapun juga, diperkirakan bahwa suatu vaskularisasi decidua (jaringan epitel endometrium) defective terjadi di atas (over) serviks, mungkin ini sekunder terhadap inflamasi atau perubahan atrofik. Persebagian plasenta yang sedang mengalami perubahan atrofik dapat berlanjut sebagai vasa previa.
Sebagai penyebab penting perdarahan pada trimester ketiga, placenta previa memberikan gambaran sebagai perdarahan tanpa disertai rasa nyeri (painless bleeding). Perdarahan ini dipercaya memiliki hubungan dengan perkembangan segmen bawah rahim (the lower uterine segmen) pada trimester ketiga. Tambahan (attachment) plasenta terganggu (disrupted) karena daerah ini (segmen bawah rahim) menipis secara bertahap dalam rangka persiapan untuk permulaan kelahiran (the onset of labor). Saat ini berlangsung, maka perdarahan terjadi pada daerah implantasi/nidasi karena uterus tidak dapat berkontraksi dengan cukup kuat dan menghentikan aliran darah dari pembuluh darah yang terbuka. Thrombin yang dilepaskan dari area perdarahan memacu (promotes) kontraksi uterus dan timbulnya lingkaran setan (vicious cycle): perdarahan-kontraksi-pemisahan plasenta-perdarahan.
























E.   PENYIMPANGAN KDM

Adanya jaringan parut akibat infeksi

Abnormalitas vaskularisasi endometrium

Kehamilan 20 minggu, sekmen uterus melebar dan menipis

Kehamilan trimester III, pelebaran sekmen bawah uterus & pembukaan serviks

    Plasenta lepas dari dinding uterus kontraksi uterus

Nyeri
 
Sinus marginalis sobek


 
Perdarahan







Intoleransi aktivitas
 

 



Kehilangan darah                                       suplai darah ke janin terganggu

Gangguan perfusi jaringan
 
Resti fetal distress
 
Gangguan keseimbangan cairan



        Resti devisit volume cairan
 











































F.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.     Ultrasonografi
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
2.    Pemeriksaan dalam
Adalah senjata dan cara paling akhir yang paling ampuh dibidang obstetric untuk diagnostic plasenta previa namun harus hati – hati karena bahayanya sangat besar.
3.    Pemeriksaan darah
Yaitu golongan darah, hemoglobin , hematokrit serta darah lengkap dan kimia darah untuk menunjang persiapan operasi
4.    Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh janin.
5.    vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
6.    Isotop Scanning
7.    Pemeriksaan inspekula
Hati – hati dengan memakai sepekulum dilihat dari mana asal perdarahan apakah dalam uterus atau dari kelainan serviks vagina varices yang pecah dan lain – lain.
8.    Pemeriksaan radio isotop
macam – macam pemeriksaan ini antara lain:
a)      plasentografi jaringan lunak
b)      sitografi
c)      plasentografi inderek
d)     anterigrafi
e)     amnigrafi
f)      radio isotopik plasentografi

G.   TERAPI DAN PENGOBATAN
Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap kekiri, tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut (misalnya batuk, mengedan karena sulit buang besar)
Perhatian : Tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum sebelum tersediia persiapan untuk seksio sesarea. Pemeriksaan inspekulo secara hati-hati, dapat menentukan sumber perdarahan berasal dari kanalis serviks atau sumber lain (servisitis, polip, keganasan, laserasi atau trauma). Meskipun demikian, adanya kelainan di atas menyingkirkan diagnosa plasenta previa.
Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan memberi infuse cairan I.V (NaCl 0,9 % atau Ringer Laktat).
Lakukan penilaian jumlah perdarahan : Jika perdarahan banyak dan berlangsung terus, persiapan sseksio sesarea tanpa memperhitungkan usia kehamilan/prematuris.Jika perdarahan sedikit dan berhenti dan fetus hidup tetap preatur, pertimbangkan ttettapi ekspektatif sampai persalinan atau terjadi perdarahan banyak.
Berikut terapi yang diberikan pada pasien dengan plasenta previa yaitu :
a.    Terapi Ekspektatif
Tujuan : supaya janin tidak terlahir premature dan upaya diagnosis dilakukan secara non invasive.
Syarat terapi ekspektatif :
·         Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
·         Belum ada tanda inpartu.
·         Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas normal).
·         Janin masih hidup.
·         Rawat inap, tirah baring dan berikut antibiotika profilaksis.
b.    Terapi Aktif.
Rencanakan terminasi kehamilan jika :
·         Janin matur
·         Janin mati atau menderita anomaly atau keadaan yang mengurangii kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali).
·         Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa memandang maturitas janin. Jika terdapat plasenta previa letak rendah  dan perdarahan yang terjadi sangat sedikit, persalinan pervaginan masih mungkin. Jika tidak, lahirkan dengan seksio sesarea. Jika persalinan dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan dari tempat plasenta
·         Jahit tempat perdarahan dengan benang.
·         Pasang infuse oksitosin 10 unit 500 ml cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 60 tetes permenit.
Berikut penatalaksanaan pasien dengan plasenta previa Menurut Prof. DR.Dr. Sarwono Prawirohardjo.SpOG. 2009. Jakarta. Yaitu :
1.    Perdarahan dalam trimester kedua atau trimester ketiga harus dirawat dalam rumah sakit. Pasien diminta istirahat baring dan dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk golongan darah dan factor Rh.
2.    Pada kehamilan antara 24 minggu sampai 34 minggu diberikan steroid dalam perawatan antenatal untuk pematangan paru janin.
3.    Jika perdarahan terjadi dalam trimester kedua perlu diwanti-wanti karena perdarahan ulangan biasanya lebih banyak.jika ada gejala hipovolemia seperti hopotensi, pasien tersebut mungkin telah mengalami perdarahan yang cukup berat, lebih berat daripada penampakannya secara klinis. Transfusi darah yang banyak perlu segera diberikan.
4.    Pada kondisi yang terlihat stabil dalam rawatan di luar rumah sakit hubungan suami isteri dan kerja rumah tangga dihindari kecuali jika setelah pemeriksaan ultrasonografi ulangan, dianjurkan minimal setelah 4 minggu, memperlihatkan ada migrasi plasenta menjauhi ostium uteri internum.
5.    Perdarahan dalam trimester ketiga perlu pengawasan lebih ketat dengan istirahat baring yang lebih lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan yang serius cukup alasan untuk merawatnya sampai melahirkan.
6.    Pada pasien dengan riwayat seksio sesarea perlu diteliti dengan ultrasonografi, Color Doppler, atau MRI untuk melihat kemungkinan adanya plasenta akreta, inkreta, atau perkreta.
7.    Seksio sesarea juga dilakukan apabila ada perdarahan banyak yang mengkhawatirkan.
H.   ASUHAN KEPERAWATAN
1.    Pengkajian
a.    Biodata
Menyangkut dengan identitas klien, mulai dari nama, jenis kelamin, umur, pendidikan, agama dll.
b.    Keluhan utama
Pada kasus  plasenta previa, kebanyakan pasien Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri dan berulang-ulang. Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.
c.    Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan plasenta previa biasanya darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah yang keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil (hydroamnion gameli) dll.
d.    Riwayat penyakit masa lalu
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi, tali pusat pendek, trauma, uterus / rahim feulidli.
e.    Riwayat psikologis
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui asal dan penyebabnya.
f.     Riwayat Kesehatan
·         Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar  perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang. Riwayat obstetri meliputi :
ü  Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
ü  berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
ü  pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong persalinan
ü  Jenis anetesi dan kesulitan persalinan .
ü  komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan.
ü  komplikasi pada bayi
ü  rencana menyusui bayi
·         Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
·         Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, atau keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual pada janin.
·         Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan
g.    Pemeriksaan fisik
a)    Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
1)    Rambut dan kulit
-       Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.
-       Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
-       Laju pertumbuhan rambut berkurang.
2)    Mata : pucat, anemis
3)    Hidung
4)    Gigi dan mulut
5)    Leher
6)    Buah dada / payudara
-       Peningkatan pigmentasi areola putting susu
-       Bertambahnya ukuran dan noduler
7)    Jantung dan paru
-       Volume darah meningkat
-       Peningkatan frekuensi nadi
-       Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah pulmonal.
-       Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
-       Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
-       Diafragma meningga.
-       Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada
8)    Abdomen
-       Menentukan letak janin
-       Menentukan tinggi fundus uteri
9)    Vagina
-       Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick)
-       Hipertropi epithelium
10)  System musculoskeletal
-       Persendian tulang pinggul yang mengendur
-       Gaya berjalan yang canggung
b)    Khusus
1.    Tinggi fundus uteri
2.    Posisi dan persentasi janin
3.    Panggul dan janin lahir
4.    Denyut jantung janin

2.    Diagnose keperawatan
1.    Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan conjungtiva anemis, acral dingin, Hb turun, muka pucat & lemas.
2.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus di tandai terjadi distress / pengerasan uterus , nyeri tekan uterus.
3.    Gangguan psikologi ( cemas ) berhubungan dengan keadaan yang dialami .
4.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri perut
5.    Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta berkurang.
6.    Resti defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
7.    Resiko tinggi infeksi berhubngan dengan sisa plasenta yang tertinggal di uterus.
8.    Resti gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia

3.    Intervensi
1.    Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan conjunctiva anemis, acrar dingin, Hb turun, muka pucat, lemas.
Tujuan : suplai / kebutuhan darah kejaringan terpenuhi
Kriteria hasil
-       Conjunctiva tidak anemis, acral hangat, Hb normal muka tidak pucat, tida lemas.
a.    Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Rasional : pasien percaya tindakan yang dilakukan
b.    Jelaskan penyebab terjadi perdarahan
Rasional : pasien paham tentang kondisi yang dialami
c.    Monitor tanda-tanda vital
Rasional : tensi, nadiyang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi menunjukkangangguan sirkulasi darah.
d.    Kaji tingkat perdarahan setiap 15 – 30 menit
Rasional : mengantisipasi terjadinya syok
e.    Catat intake dan output
Rasional : produsi urin yang kurang dari 30 ml/jam menunjukkan penurunan fungsi ginjal.
f.     Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik
Rasional : cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang hilang akiba perdarahan. Rasional : tranfusi darah mengganti komponen darah yang hilang akibat perdarahan.
2.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus di tandai terjadi distress / pengerasan uterus , nyeri tekan uterus.
Tujuan : klien dapat beradaptasi dengan nyeri
Kriteria hasil :
-       Klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
-       Klien kooperatif dengan tindakan yang dilakukan.
a.    Jelaskan penyebab nyeri pada klien
Rasional : dengan mengetahui penyebab nyeri, klien kooperatif terhadap tindakan
b.    Kaji tingkat nyeri
Rasional : menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.
c.    Bantu dan ajarkan distraksi relaksasi
Rasional : dapat mengalihkan perhatian klien pada nyeri yang dirasakan.
d.    Memberikan posisi yang nyaman (miring kekiri / kanan)
Rasional : posisi miring mencegah penekanan pada vena cava.
e.    Berikan masage pada perut dan penekanan pada punggung
Rasional : memberi dukungan mental.
f.     Libatkan suami dan keluarga
Rasional : memberi dukungan mental
g.    Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
Rasional : pemberian analgesik dapat membantu gurangi nyeri yang dirasakan
3.    Gangguan psikologi ( cemas ) berhubungan dengan keadaan yang dialami .
Tujuan : klien tidak cemas dan dapat mengerti tentang keadaannya.
Kriteria hasil :
-       penderita tidak cemas, penderita tenang, klie tidak gelisah.


a.    Anjurkan klilen untuk mengemukakan hal-hal yang dicemaskan.
Rasional : dengan mengungkapkan perasaannyaaka mengurangi beban pikiran.
b.    Ajak klien mendengarkan denyut jantung janin
Rasional : mengurangi kecemasan klien tentag kondisi janin.
c.    Beri penjelasan tentang kondisi janin
Rasional : mengurangi kecemasan tentang kondisi / keadaan janin.
d.    Beri informasi tentang kondisi klien
Rasional : mengembalikan kepercayaan dan klien.
e.    Anjurkan untuk manghadirkan orang-orang terdekat
Rasional : dapat memberi rasa aman dan nyaman bagi klien
f.     Anjurkan klien untuk berdo’a kepada tuhan
Rasional : dapat meningkatkan keyakinan kepada Tuhan tentang kondisi yang dilami.
g.    Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan diberikan
Rasional : penderita kooperatif
4.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri perut
Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri
Kriteria Hasil :
-       Kebutuhan personal hygiene terpenuhi
-       Klien nampak rapi dan bersih.
a.    Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, koran, kunjungan teman/keluarga) sesuai keadaan klien.
Rasional : Memfokuskan perhatian, meningkatakan rasa kontrol diri/harga diri, membantu menurunkan isolasi sosial.
b.    Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat sesuai keadaan klien.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot, mempertahakan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah reabsorbsi kalsium karena imobilisasi.
c.    Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan klien.
Rasional : Meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai kondisi keterbatasan klien.
d.    Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien.
Rasional : Menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernapasan (dekubitus, atelektasis, penumonia)
e.    Dorong/pertahankan asupan cairan 2000-3000 ml/hari.
Rasional : Mempertahankan hidrasi adekuat, men-cegah komplikasi urinarius dan konstipasi.
f.             Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.
Rasional : Kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program aktivitas fisik secara individual.
g.    Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.
Rasional : Menilai perkembangan masalah klien.
5.    Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta berkurang.
Tujuan : tidak terjadi fetal distress
Kriteria hasil :
-       DJJ normal / terdengar, bisa berkoordinasi, adanya pergerakan bayi, bayi lahir selamat.
a.    Jelaskan resiko terjadinya dister janin / kematian janin pada ibu
Rasional : kooperatif pada tindakan
b.    Hindari tidur terlentang dan anjurkan tidur ke posisi kiri
Rasional tekanan uterus pada vena cava aliran darah kejantung menurun sehingga terjadi perfusi jaringan.
c.    Observasi tekanan darah dan nadi klien
Rasional : penurunan dan peningkatan denyut nadi terjadi pad sindroma vena cava sehingga klien harus di monitor secara teliti.
d.    Oservasi perubahan frekuensi dan pola DJ janin
Rasional: penurunan frekuensi plasenta mengurangi kadar oksigen dalam janin sehingga menyebabkan perubahan frekuensi jantung janin.
e.    Berikan O2 10 – 12 liter dengan masker jika terjadi tanda-tanda fetal distress
Rasional: meningkat oksigen pada janin
6.    Resti defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Kriteria Hasil :
-       TTV dalam keadaan normal
-       Perdarahan berkurang sampai dengan berhenti\
-       Kulit tidak pucat
a.    Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
b.    Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
c.    Catat haluaran dan pemasukan
Rasional: Mengetahuai penurunanan sirkulasi terhadap destruksi sel darah merah.
d.    Observasi Nadi dan Tensi
      Rasional : Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).
e.    Berikan diet halus
                  Rasional : Memudahkan penyerapan diet
f.     Nilai hasil lab. HB/HT
     Rasional : Menghindari perdarahan spontan karena  proliferasi sel darah merah.
g.    Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi
      Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif

7.    Resiko tinggi infeksi berhubngan dengan sisa plasenta yang tertinggal di uterus
Tujuan     :Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Kriteria Hasil :
-       Tidak ada tanda-tanda infeksi
-       Luka membaik
a.    Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
b.    Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
c.    Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
d.    Lakukan perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
e.    Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
f.     Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat
g.    Berikan obat sesuai terapi.
Rasional : Antibiotika profilaktik atau pengobatan


8.    Resti gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
-       Nafsu makan baik
-       BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh
-       Hasil pemeriksaan laborat  protein dalam batas normal (3-5 mg/dalam)
a.    Berikan HE.
                        Rasional : klien mengerti akan pentingnya nutrisi untuk mempercepat kesembuhan
b.    Berikan diit sesuai dengan indikasi.
                        Rasional : Diit yang tepat dapat membantu proses penyembuhan
c.    Hidangkan makanan selagi hangat.
                        Rasional : Makanan yang hangat dapat meningkatkan nafsu makan dan dapat mencegah muntah
d.    Disajikan semenarik mungkin
Rasional : Makanan yang menarik dapat menambah selera makan.
e.    Anjurkan makan sedikit tapi sering.
      Rasional : Asupan makanan( nutrisi) terpenuhi.
f.     Laksanakan kolaborasi dengan tim medis lainnya.
      Rasional : Membantu mengatasi atau mengurangi rasa mual.










DAFTAR PUSTAKA

Cunningham dkk. 2006. Obstetri Williams Edisi ke 21. Jakarta : EGC
Hanafiah, TM 2004, Plasenta previa, diakses tanggal 1 Juni 2009, http://library.usu.ac.id
http://www.bidankita.com/joomla-overview/monthly-guide/236-placenta-previa
Mitaya.2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Jakarta : FKUI