LAPORAN
PENDAHULUAN
ANTENATAL CARE DENGAN PLASENTA PREVIA
DI RUMAH SAKIT SYEKH YUSUS
OLEH
ISMI
14220100220
CI
LAHAN CI
INSTITUSI
(……………………………..) (………………………….....)
PRAKTIK
KLINIK PROGRAM AKADEMIK
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2012
LAPORAN PENDAHULUAN
PLASENTA PRREVIA
A. DEFENISI
Menurut Cunningham (2006), plasenta previa
merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri
internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.
Plasenta previa adalah plasenta yang ada
didepan jalan lahir (prae = Di depan ; vias = jalan). Jadi yang
dimaksud ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali hingga
menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. (Obstetri Patologi;UNPAD)
plasenta yang letaknya pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir ( Kapita
Selekta Kedokteran Fakultas Kedokteran UI edisi ke Tiga )
Placenta praevia adalah placenta
yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal placenta
terletak dibagian atas uterus. (Sarwono,2007)
Ada 4 derajat abnormalitas plasenta
previa yang didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan
lahir pada waktu tertentu yaitu :
1. Plasenta previa totalis , apabila
seluruh pembukaan (ostium internus servisis) tertutup oleh jaringan plasenta .
2. Plasenta previa parsialis, apabila
sebagian pembukaan (ostium internus servisis) tertutup oleh jaringan plasenta .
3. Plasenta previa marginalis , apabila
pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan (ostium internus servisis)
4. Plasenta letak rendah , apabila
plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus belum sampai menutupi
pembukaan jalan lahir atau plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir permukaan
sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.
B. ETIOLOGI
Beberapa faktor dan
etiologi dari plasenta previa tidak diketahui.
Tetapi diduga hal tersebut berhubungan dengan abnormalitas dari vaskularisasi endometrium yang mungkin disebabkan
oleh timbulnya parut akibat trauma operasi/infeksi. Plasenta
yang melekat pada area ini akan rusak akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim.
Kemudian perdarahan
akan terjadi akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim
untuk berkonstruksi secara adekuat. Berikut faktor
risikoseseorang menderita plasenta previa, yaitu:
7.
Adanya
gangguan
anatomis/tumor
pada rahim,
sehingga mempersempit permukaan bagi penempatan plasenta.
8.
Adanya
jaringan rahim
pada tempat yang bukan seharusnya. Misalnya dari indung telur
setelah kehamilan sebelumnya atau endometriosis.
10.
Sosial
ekonomi
rendah/gizi
buruk, patofisiologi dimulai dari usia kehamilan
30 minggu segmen bawah uterus
akan terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
Menurut Manuaba (2003),
penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah mencakup :
1.
Perdarahan
(hemorrhaging)
2.
Usia
lebih dari 35 tahun
3.
Multiparitas
4.
Pengobatan
infertilitas
5.
Multiple
gestation
6.
Erythroblastosis
7.
Riwayat
operasi/pembedahan uterus sebelumnya
8.
Keguguran berulang
9.
Status sosial ekonomi yang rendah
10.
Jarak antar kehamilan yang pendek
11.
Merokok
C.
MANIFESTASI KLINIK
a.
Gejala Utama
Perdarahan
yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang berwarna merah segar,
tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.
b. Gejala Klinik
·
Perdarahan
yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama kali
biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu
lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada
triwulan ketiga.
·
Bagian terbanyak janin
biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang
terjadi letak janin letak janin
(letak lintang atau letak sungsang)
·
Janin mungkin masih hidup atau
sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan, sebagian besar kasus,
janinnya masih hidup.
·
Perdarahan permulaan jarang begitu berat .
Biasanya perdarahan akan berhenti sendiri dan terjadi kembali tanpa diduga .
·
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan luar bagian
terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul. ada kelainan
letak janin Pemeriksaan inspekulo : Perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum.
·
Denyut
jantung janin ada
·
Teraba
jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
·
Presentasi mungkin abnormal, implantasi plasenta disekmen bawah rahiim menyebabkan bagian terendah tidak mungkin masuk pintu
atas panggul dan menimbulkan kelainan letak janin dalam rahim.
D.
PATOFISIOLOGI
Perdarahan anter partum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20
minggu saat sekmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis.
Umumnya terjadi pada trimester ke tiga karena segmen bawah uterus lebih
banyak mengalami perubahan. Pelebaran
sekmen bawah uterus dan pembukaan servik menyababkan sinus uterus
robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena adanya ketidakmampuan selaput otot segmen bawah
uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.
Implantasi
plasenta diprakarsai (initiated) oleh embrio (embryonic plate) menempel di
uterus (cauda) bagian bawah. Dengan pertumbuhan dan penambahan plasenta,
perkembangan plasenta dapat menutupi mulut plasenta (cervical os). Bagaimanapun
juga, diperkirakan bahwa suatu vaskularisasi decidua (jaringan epitel
endometrium) defective terjadi di atas (over) serviks, mungkin ini sekunder
terhadap inflamasi atau perubahan atrofik. Persebagian plasenta yang sedang
mengalami perubahan atrofik dapat berlanjut sebagai vasa previa.
Sebagai
penyebab penting perdarahan pada trimester ketiga, placenta previa memberikan
gambaran sebagai perdarahan tanpa disertai rasa nyeri (painless bleeding).
Perdarahan ini dipercaya memiliki hubungan dengan perkembangan segmen bawah
rahim (the lower uterine segmen) pada trimester ketiga. Tambahan (attachment)
plasenta terganggu (disrupted) karena daerah ini (segmen bawah rahim) menipis
secara bertahap dalam rangka persiapan untuk permulaan kelahiran (the onset of
labor). Saat ini berlangsung, maka perdarahan terjadi pada daerah
implantasi/nidasi karena uterus tidak dapat berkontraksi dengan cukup kuat dan
menghentikan aliran darah dari pembuluh darah yang terbuka. Thrombin yang
dilepaskan dari area perdarahan memacu (promotes) kontraksi uterus dan
timbulnya lingkaran setan (vicious cycle): perdarahan-kontraksi-pemisahan
plasenta-perdarahan.
E. PENYIMPANGAN
KDM
Adanya
jaringan parut akibat infeksi
Abnormalitas
vaskularisasi endometrium
Kehamilan
20 minggu, sekmen uterus melebar dan menipis
Kehamilan
trimester III, pelebaran sekmen bawah uterus & pembukaan serviks
Plasenta lepas dari dinding uterus kontraksi uterus
|
Perdarahan
|
|||
Kehilangan darah suplai
darah ke janin terganggu
|
|
|
|||||||||
F. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Ultrasonografi
Penentuan
lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak menimbulkan bahaya
radiasi terhadap janin.
2. Pemeriksaan dalam
Adalah
senjata dan cara paling akhir yang paling ampuh dibidang obstetric untuk
diagnostic plasenta previa namun harus hati – hati karena bahayanya sangat
besar.
3. Pemeriksaan darah
Yaitu
golongan darah, hemoglobin , hematokrit serta darah lengkap dan kimia darah
untuk menunjang persiapan operasi
4. Sinar X
Menampakkan
kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh janin.
5. vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa
placenta previa tapi seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan
hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula
prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup adalah
pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan
staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
6. Isotop Scanning
7. Pemeriksaan inspekula
Hati – hati dengan memakai sepekulum
dilihat dari mana asal perdarahan apakah dalam uterus atau dari kelainan
serviks vagina varices yang pecah dan lain – lain.
8.
Pemeriksaan
radio isotop
macam – macam
pemeriksaan ini antara lain:
a) plasentografi jaringan
lunak
b) sitografi
c) plasentografi inderek
d) anterigrafi
e) amnigrafi
f) radio isotopik
plasentografi
G. TERAPI
DAN PENGOBATAN
Sebelum dirujuk, anjurkan pasien
untuk tirah baring total dengan menghadap kekiri, tidak melakukan senggama,
menghindari peningkatan tekanan rongga perut (misalnya batuk, mengedan karena
sulit buang besar)
Perhatian : Tidak dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum sebelum tersediia
persiapan untuk seksio sesarea. Pemeriksaan inspekulo secara hati-hati, dapat
menentukan sumber perdarahan berasal dari kanalis serviks atau sumber lain
(servisitis, polip, keganasan, laserasi atau trauma). Meskipun demikian, adanya
kelainan di atas menyingkirkan diagnosa plasenta previa.
Perbaiki kekurangan cairan/darah
dengan memberi infuse cairan I.V (NaCl 0,9 % atau Ringer Laktat).
Lakukan penilaian jumlah perdarahan : Jika
perdarahan banyak dan berlangsung terus, persiapan sseksio sesarea tanpa
memperhitungkan usia kehamilan/prematuris.Jika perdarahan sedikit dan berhenti
dan fetus hidup tetap preatur, pertimbangkan ttettapi ekspektatif sampai
persalinan atau terjadi perdarahan banyak.
Berikut
terapi yang diberikan pada pasien dengan plasenta previa yaitu :
a. Terapi Ekspektatif
Tujuan
: supaya janin tidak terlahir premature dan upaya diagnosis dilakukan secara
non invasive.
Syarat
terapi ekspektatif :
·
Kehamilan
preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
·
Belum
ada tanda inpartu.
·
Keadaan
umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas normal).
·
Janin
masih hidup.
·
Rawat
inap, tirah baring dan berikut antibiotika profilaksis.
b. Terapi Aktif.
Rencanakan
terminasi kehamilan jika :
·
Janin
matur
·
Janin
mati atau menderita anomaly atau keadaan yang mengurangii kelangsungan hidupnya
(misalnya anensefali).
·
Pada
perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa memandang
maturitas janin. Jika terdapat plasenta previa letak rendah dan
perdarahan yang terjadi sangat sedikit, persalinan pervaginan masih mungkin.
Jika tidak, lahirkan dengan seksio sesarea. Jika persalinan dengan seksio
sesarea dan terjadi perdarahan dari tempat plasenta
·
Jahit
tempat perdarahan dengan benang.
·
Pasang
infuse oksitosin 10 unit 500 ml cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) dengan
kecepatan 60 tetes permenit.
Berikut penatalaksanaan pasien dengan plasenta previa Menurut
Prof. DR.Dr. Sarwono Prawirohardjo.SpOG. 2009. Jakarta. Yaitu :
1. Perdarahan dalam trimester kedua
atau trimester ketiga harus dirawat dalam rumah sakit. Pasien diminta istirahat
baring dan dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk golongan darah dan
factor Rh.
2. Pada kehamilan antara 24 minggu
sampai 34 minggu diberikan steroid dalam perawatan antenatal untuk pematangan
paru janin.
3. Jika perdarahan terjadi dalam
trimester kedua perlu diwanti-wanti karena perdarahan ulangan biasanya lebih
banyak.jika ada gejala hipovolemia seperti hopotensi, pasien tersebut mungkin
telah mengalami perdarahan yang cukup berat, lebih berat daripada penampakannya
secara klinis. Transfusi darah yang banyak perlu segera diberikan.
4. Pada kondisi yang terlihat stabil
dalam rawatan di luar rumah sakit hubungan suami isteri dan kerja rumah tangga
dihindari kecuali jika setelah pemeriksaan ultrasonografi ulangan, dianjurkan
minimal setelah 4 minggu, memperlihatkan ada migrasi plasenta menjauhi ostium
uteri internum.
5. Perdarahan dalam trimester ketiga
perlu pengawasan lebih ketat dengan istirahat baring yang lebih lama dalam
rumah sakit dan dalam keadaan yang serius cukup alasan untuk merawatnya sampai
melahirkan.
6. Pada pasien dengan riwayat seksio
sesarea perlu diteliti dengan ultrasonografi, Color Doppler, atau MRI
untuk melihat kemungkinan adanya plasenta akreta, inkreta, atau perkreta.
7. Seksio sesarea juga dilakukan
apabila ada perdarahan banyak yang mengkhawatirkan.
H. ASUHAN
KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
Menyangkut dengan identitas klien, mulai dari nama, jenis
kelamin, umur, pendidikan, agama dll.
b. Keluhan utama
Pada kasus plasenta previa, kebanyakan pasien Pasien
mengatakan perdarahan yang disertai nyeri dan berulang-ulang. Rahim keras
seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan dorongan yang
berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.
c.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan
plasenta previa biasanya darah terlihat merah kehitaman karena membentuk
gumpalan darh, darah yang keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari
perdarahan pasien lemas dan pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami
hypertensi esensialis atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang
sangat mengecil (hydroamnion gameli) dll.
d.
Riwayat penyakit masa lalu
Kemungkinan
pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi, tali pusat pendek, trauma,
uterus / rahim feulidli.
e.
Riwayat psikologis
Pasien cemas
karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui asal dan
penyebabnya.
f. Riwayat Kesehatan
·
Riwayat Obstetri
Memberikan
imformasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar perawat dapat menentukan kemungkinan
masalah pada kehamilan sekarang. Riwayat
obstetri meliputi :
ü Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
ü berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
ü pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat
persalinan, dan
penolong persalinan
ü Jenis anetesi dan kesulitan persalinan .
ü komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi,
infeksi, dan perdarahan.
ü komplikasi pada bayi
ü rencana menyusui bayi
·
Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran
persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari
pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
·
Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada
janin, ibu, atau keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada
saat kunjungan pertama.
Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ
seksual pada janin.
·
Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi
kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi,
prosedur operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di
dokumentasikan
g. Pemeriksaan fisik
a) Umum
Pemeriksaan
fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
1) Rambut dan kulit
- Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu
dan linea nigra.
- Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen
dan paha.
- Laju pertumbuhan rambut berkurang.
2) Mata : pucat, anemis
3) Hidung
4) Gigi dan mulut
5) Leher
6) Buah dada / payudara
- Peningkatan pigmentasi areola putting susu
- Bertambahnya ukuran dan noduler
7) Jantung dan paru
- Volume darah meningkat
- Peningkatan frekuensi nadi
- Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu
darah pulmonal.
- Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
- Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan
nafas.
- Diafragma meningga.
- Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada
8) Abdomen
- Menentukan letak janin
- Menentukan tinggi fundus uteri
9) Vagina
- Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan
( tanda Chandwick)
- Hipertropi epithelium
10) System
musculoskeletal
- Persendian tulang pinggul yang mengendur
- Gaya berjalan yang canggung
b) Khusus
1. Tinggi fundus uteri
2. Posisi dan persentasi janin
3. Panggul dan janin lahir
4. Denyut jantung janin
2. Diagnose
keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan conjungtiva
anemis, acral dingin, Hb turun, muka pucat & lemas.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus di tandai
terjadi distress / pengerasan uterus , nyeri tekan uterus.
3. Gangguan psikologi ( cemas ) berhubungan dengan keadaan yang dialami .
4. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan nyeri perut
5. Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi darah
ke plasenta berkurang.
6. Resti defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
7. Resiko tinggi infeksi berhubngan dengan sisa plasenta yang tertinggal di
uterus.
8. Resti gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia
3. Intervensi
1. Gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan conjunctiva
anemis, acrar dingin, Hb turun, muka pucat, lemas.
Tujuan : suplai / kebutuhan darah kejaringan terpenuhi
Kriteria hasil
- Conjunctiva
tidak anemis, acral hangat, Hb normal muka tidak pucat, tida lemas.
a. Bina hubungan
saling percaya dengan pasien
Rasional : pasien percaya
tindakan yang dilakukan
b. Jelaskan penyebab
terjadi perdarahan
Rasional : pasien paham
tentang kondisi yang dialami
c. Monitor
tanda-tanda vital
Rasional : tensi, nadiyang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi
menunjukkangangguan sirkulasi darah.
d. Kaji tingkat
perdarahan setiap 15 – 30 menit
Rasional : mengantisipasi
terjadinya syok
e. Catat intake
dan output
Rasional : produsi urin
yang kurang dari 30 ml/jam menunjukkan penurunan fungsi ginjal.
f. Kolaborasi
pemberian cairan infus isotonik
Rasional : cairan infus
isotonik dapat mengganti volume darah yang hilang akiba perdarahan. Rasional :
tranfusi darah mengganti komponen darah yang hilang akibat perdarahan.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus di tandai
terjadi distress / pengerasan uterus , nyeri tekan uterus.
Tujuan : klien dapat beradaptasi dengan nyeri
Kriteria hasil :
- Klien dapat
melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
- Klien
kooperatif dengan tindakan yang dilakukan.
a. Jelaskan
penyebab nyeri pada klien
Rasional : dengan mengetahui penyebab nyeri, klien kooperatif
terhadap tindakan
b. Kaji tingkat
nyeri
Rasional : menentukan
tindakan keperawatan selanjutnya.
c. Bantu dan
ajarkan distraksi relaksasi
Rasional : dapat
mengalihkan perhatian klien pada nyeri yang dirasakan.
d. Memberikan
posisi yang nyaman (miring kekiri / kanan)
Rasional : posisi miring
mencegah penekanan pada vena cava.
e. Berikan masage
pada perut dan penekanan pada punggung
Rasional : memberi
dukungan mental.
f. Libatkan suami
dan keluarga
Rasional : memberi
dukungan mental
g. Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian analgesik
Rasional : pemberian
analgesik dapat membantu gurangi nyeri yang dirasakan
3. Gangguan psikologi ( cemas ) berhubungan dengan keadaan yang dialami .
Tujuan : klien tidak cemas dan dapat mengerti tentang
keadaannya.
Kriteria hasil :
- penderita tidak
cemas, penderita tenang, klie tidak gelisah.
a. Anjurkan klilen
untuk mengemukakan hal-hal yang dicemaskan.
Rasional : dengan
mengungkapkan perasaannyaaka mengurangi beban pikiran.
b. Ajak klien
mendengarkan denyut jantung janin
Rasional : mengurangi
kecemasan klien tentag kondisi janin.
c. Beri penjelasan
tentang kondisi janin
Rasional : mengurangi
kecemasan tentang kondisi / keadaan janin.
d. Beri informasi
tentang kondisi klien
Rasional : mengembalikan kepercayaan dan klien.
e. Anjurkan untuk
manghadirkan orang-orang terdekat
Rasional : dapat memberi
rasa aman dan nyaman bagi klien
f. Anjurkan klien
untuk berdo’a kepada tuhan
Rasional : dapat
meningkatkan keyakinan kepada Tuhan tentang kondisi yang dilami.
g. Menjelaskan
tujuan dan tindakan yang akan diberikan
Rasional : penderita
kooperatif
4. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan nyeri perut
Tujuan : Klien akan
menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri
Kriteria Hasil :
Kriteria Hasil :
- Kebutuhan personal hygiene terpenuhi
- Klien nampak
rapi dan bersih.
a. Pertahankan pelaksanaan aktivitas
rekreasi terapeutik (radio, koran, kunjungan teman/keluarga) sesuai keadaan
klien.
Rasional : Memfokuskan
perhatian, meningkatakan rasa kontrol diri/harga diri, membantu menurunkan
isolasi sosial.
b. Bantu latihan rentang gerak pasif
aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat sesuai keadaan klien.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi darah
muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot, mempertahakan gerak sendi, mencegah
kontraktur/atrofi dan mencegah reabsorbsi kalsium karena imobilisasi.
c. Bantu dan dorong perawatan diri
(kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan klien.
Rasional : Meningkatkan kemandirian klien dalam
perawatan diri sesuai kondisi keterbatasan klien.
d. Ubah posisi secara periodik sesuai
keadaan klien.
Rasional : Menurunkan insiden komplikasi kulit
dan pernapasan (dekubitus, atelektasis, penumonia)
e. Dorong/pertahankan asupan cairan
2000-3000 ml/hari.
Rasional : Mempertahankan hidrasi adekuat,
men-cegah komplikasi urinarius dan konstipasi.
f.
Kolaborasi
pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.
Rasional : Kerjasama dengan fisioterapis perlu
untuk menyusun program aktivitas fisik secara individual.
g. Evaluasi kemampuan mobilisasi klien
dan program imobilisasi.
Rasional : Menilai perkembangan masalah klien.
5. Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi darah
ke plasenta berkurang.
Tujuan : tidak terjadi fetal distress
Kriteria hasil :
- DJJ normal /
terdengar, bisa berkoordinasi, adanya pergerakan bayi, bayi lahir selamat.
a. Jelaskan resiko
terjadinya dister janin / kematian janin pada ibu
Rasional : kooperatif
pada tindakan
b. Hindari tidur
terlentang dan anjurkan tidur ke posisi kiri
Rasional tekanan uterus
pada vena cava aliran darah kejantung menurun sehingga terjadi perfusi
jaringan.
c. Observasi
tekanan darah dan nadi klien
Rasional : penurunan
dan peningkatan denyut nadi terjadi pad sindroma vena cava sehingga klien harus
di monitor secara teliti.
d. Oservasi
perubahan frekuensi dan pola DJ janin
Rasional: penurunan
frekuensi plasenta mengurangi kadar oksigen dalam janin sehingga menyebabkan
perubahan frekuensi jantung janin.
e. Berikan O2
10 – 12 liter dengan masker jika terjadi tanda-tanda fetal distress
Rasional: meningkat
oksigen pada janin
6. Resti defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang
antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Kriteria
Hasil :
- TTV dalam keadaan normal
- Perdarahan berkurang sampai dengan
berhenti\
- Kulit tidak pucat
a.
Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus
memiliki karekteristik bervariasi
b.
Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian
ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
c. Catat haluaran dan pemasukan
Rasional: Mengetahuai
penurunanan sirkulasi terhadap destruksi sel darah merah.
d. Observasi Nadi dan Tensi
Rasional : Mengetahui
tanda hipovolume (perdarahan).
e. Berikan diet halus
Rasional : Memudahkan
penyerapan diet
f.
Nilai
hasil lab. HB/HT
Rasional : Menghindari
perdarahan spontan karena proliferasi
sel darah merah.
g. Berikan
sejumlah cairan IV sesuai
indikasi
Rasional : Mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit dan tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi
perdarahan masif
7. Resiko tinggi infeksi berhubngan dengan sisa plasenta yang tertinggal di
uterus
Tujuan :Tidak
terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Kriteria
Hasil :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Luka membaik
a. Kaji kondisi
keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang
terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang
lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
b. Terangkan pada
klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional : Infeksi dapat
timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
c. Lakukan
pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional : Berbagai kuman
dapat teridentifikasi melalui dischart
d. Lakukan
perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman
pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
e. Terangkan pada
klien cara mengidentifikasi tanda infeksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda
nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala
infeksi
f. Anjurkan pada
suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting
artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat
g. Berikan obat sesuai terapi.
Rasional :
Antibiotika profilaktik atau pengobatan
8. Resti gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia
Tujuan
: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria
:
- Nafsu makan baik
- BB ideal sesuai dengan umur dan
kondisi tubuh
- Hasil pemeriksaan laborat protein dalam batas normal (3-5 mg/dalam)
a. Berikan HE.
Rasional : klien mengerti akan pentingnya
nutrisi untuk mempercepat kesembuhan
b. Berikan diit sesuai dengan indikasi.
Rasional : Diit yang tepat dapat membantu
proses penyembuhan
c. Hidangkan makanan selagi hangat.
Rasional : Makanan yang hangat dapat
meningkatkan nafsu makan dan dapat mencegah muntah
d. Disajikan semenarik mungkin
Rasional : Makanan yang menarik dapat menambah
selera makan.
e. Anjurkan makan sedikit tapi sering.
Rasional
: Asupan makanan( nutrisi)
terpenuhi.
f. Laksanakan kolaborasi dengan tim
medis lainnya.
Rasional : Membantu mengatasi atau mengurangi
rasa mual.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham dkk. 2006. Obstetri
Williams Edisi ke 21. Jakarta : EGC
Hanafiah, TM 2004, Plasenta
previa, diakses tanggal 1 Juni 2009, http://library.usu.ac.id
http://www.bidankita.com/joomla-overview/monthly-guide/236-placenta-previa
http://www.bidankita.com/joomla-overview/monthly-guide/236-placenta-previa
Mitaya.2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta:
Salemba Medika
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Jakarta
: FKUI