Bukan
hanya kepada mereka yang berdasi, ini juga tentang kita yang masih compang
camping
1. Ekonomi
Memberikan
perhatian terhadap tatanan pasar-pasar kecil sampai dengan koperasi-koperasi
yang banyak berhamburan di Makassar,
yang mana kita ketahui bersama bahwa
pemerintah setempat masih sangat minim ataw bahkan tidak sama sekali
tersentuh dengan itu. Faktor ekonomi juga merupakan factor utama dalam menilai
tingkat kesejahtraan suatu bangsa, alangkah baiknya pemerintah mencanangkan
program-program kecil yang dikhususkan pada msyarakat menengah kebawah guna
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat kecil
2. Sosial
Menghindari
perihal stratifikasi social di Makassar yang tidak hanya sebagai pembeda namun pembatasan hak dalam kehidupan yang tak
lagi social. Selain itu, banyaknya berita yang meliput tentang tawuran juga
memberikan kita gambaran bahwa masyarakat yang ada sekarang masih jauh dari
yang namanya masyarakat yang merakyat
3. Budaya
Pihak
pemerintah sepatutnya mampu menjaga dan mengembangkan kebudayaan/tradisi
Makassar missalnya tari dan sastra. Namun,
pada faktanya tidak sedikit kebudayaan asli Negara sendiri di rampas
oleh Negara lain seperti halnya LAGALIGO
yang saat ini dimuseumkan di Belanda, jelas itu milik kita bukan milik
mereka. Contoh lainnya adalah Reog
Ponerogo dan Angklung yang dituding asli dari Negara Malaysia
4. Hukum
Memberikan
sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnnya kesadaran hukum. Sampai saat
ini, diskriminas juga sangat jelas terasa dalam bidang hukum. Hukum yang
seharusnya ditegakan tanpa pandang bulu, namun kini menjadi penegak berbulu.
5. Pertahanan
dan keamanan
Sektor
kepolisian yang seharusnya menjadi pengayom
masyarakat telah luput akibat penyalahgunaan kewenangan. Missalnya kekerasan pencabutan hak. Yang menjadi
perhatian disini juga adalah adanya konflik peran antara sesama sector
pertahanan dan keamanan itu sendiri, sudah bukan hal baru ketika media cetak,
maupun media elektonik membahas isu Polisi Vs TNI.
6. Politik
“Salah
satu perusak demokrasi murni di Indonesia adalah DINASTI, dan itu jelas
terlihat dalam susunan pemerintah di Makassar” Ujar Ridwan S. Slogan-slogan yang ditawarkan saat proses
kampanye jangan terlalu komersil karena
masyarakat Makassar bukan dagangan. Berbicara tentang slogan dan kampanye,
tidak sedikit para calon Gub/Walikota juga menggunakan kata-kata yang telah
melancong jauh dari Bahasa Indonesia asli. Tidak salah jika banyak masyarakat
sekarang pada Alay semua, karena banyak baliho Alay yang berhamburan
dimana-mana.