Minggu, 10 November 2013

Harapan kecil kami untuk Makassar yang akan datang



Bukan hanya kepada mereka yang berdasi, ini juga tentang kita yang masih compang camping
1.    Ekonomi
Memberikan perhatian terhadap tatanan pasar-pasar kecil sampai dengan koperasi-koperasi yang banyak  berhamburan di Makassar, yang mana kita ketahui bersama bahwa  pemerintah setempat masih sangat minim ataw bahkan tidak sama sekali tersentuh dengan itu. Faktor ekonomi juga merupakan factor utama dalam menilai tingkat kesejahtraan suatu bangsa, alangkah baiknya pemerintah mencanangkan program-program kecil yang dikhususkan pada msyarakat menengah kebawah guna untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat kecil
2.    Sosial
Menghindari perihal stratifikasi social di Makassar yang tidak hanya sebagai pembeda  namun pembatasan hak dalam kehidupan yang tak lagi social. Selain itu, banyaknya berita yang meliput tentang tawuran juga memberikan kita gambaran bahwa masyarakat yang ada sekarang masih jauh dari yang namanya masyarakat yang merakyat
3.    Budaya
Pihak pemerintah sepatutnya mampu menjaga dan mengembangkan kebudayaan/tradisi Makassar missalnya tari dan sastra. Namun,  pada faktanya tidak sedikit kebudayaan asli Negara sendiri di rampas oleh Negara lain seperti halnya  LAGALIGO yang saat ini dimuseumkan di Belanda, jelas itu milik kita bukan milik mereka.  Contoh lainnya adalah Reog Ponerogo dan Angklung yang dituding asli dari Negara Malaysia
4.    Hukum
Memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnnya kesadaran hukum. Sampai saat ini, diskriminas juga sangat jelas terasa dalam bidang hukum. Hukum yang seharusnya ditegakan tanpa pandang bulu, namun kini menjadi penegak berbulu.
5.    Pertahanan dan keamanan
Sektor kepolisian yang seharusnya menjadi pengayom  masyarakat telah luput akibat penyalahgunaan kewenangan. Missalnya  kekerasan pencabutan hak. Yang menjadi perhatian disini juga adalah adanya konflik peran antara sesama sector pertahanan dan keamanan itu sendiri, sudah bukan hal baru ketika media cetak, maupun media elektonik membahas isu Polisi Vs TNI.
6.    Politik
“Salah satu perusak demokrasi murni di Indonesia adalah DINASTI, dan itu jelas terlihat dalam susunan pemerintah di Makassar” Ujar Ridwan S.  Slogan-slogan yang ditawarkan saat proses kampanye jangan terlalu komersil  karena masyarakat Makassar bukan dagangan. Berbicara tentang slogan dan kampanye, tidak sedikit para calon Gub/Walikota juga menggunakan kata-kata yang telah melancong jauh dari Bahasa Indonesia asli. Tidak salah jika banyak masyarakat sekarang pada Alay semua, karena banyak baliho Alay yang berhamburan dimana-mana.