LAPORAN
PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I
DENGAN TONSILITIS
DI RUMAH SAKIT SYEKH YUSUS GOWA
OLEH
ISMI
14220100220
CI
LAHAN CI
INSTITUSI
(……………………………..) (………………………….....)
PRAKTIK
KLINIK PROGRAM AKADEMIK
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013
LAPORAN PENDAHULUAN
TONSILITIS
A.
DEFENISI
Tonsilitis
adalah massa jaringan limfoid yang terletak di rongga faring. Tonsil menyaring
dan melindungi saluran pernafasan serta saluran pencernaan dari invasi
organisme patogen dan berperan dalam pembentukan antibodi. Meskipun ukuran
tonsil bervariasi, anak-anak umumnya memiliki tonsil yang lebih besar daripada
remaja atau orang dewasa. Perbedaan ini dianggap sebagai mekanisme perlindungan
karena anak kecil rentan terutama terhadap ISPA. (Wong, 2008 : 940)
Tonsilitis adalah radang
yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streptococcus beta hemolitik,
namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus
(Hembing, 2004).
Macam-macam
tonsillitis menurut Imam Megantara (2006), yaitu sebagai berikut:
1. Tonsillitis akut
Tonsil
akut merupakan radang akut pada tonsil. Disebabkan oleh streptococcus pada
hemoliticus, streptococcus viridians, dan streptococcus piogynes, dapat juga
disebabkan oleh virus.
2. Tonsilitis falikularis
Tonsil
membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak putih
yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat
leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang
tersangkut.
3. Tonsilitis Lakunaris
Bila
bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan
tonsil.
4. Tonsilitis Membranosa (Septis sore
Throat)
Bila
eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai
membrane. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih
kekuning-kuningan.
5. Tonsilitis kronik
Radang
kronik pada pada tonsil. Tonsillitis kronik biasanya sering terjadi pada
anak-anak terbanyak pada usia kira-kira 5 tahun dan puncak berikutnya pada usia
10 tahun. faktor predisposisi : rangsangan kronik (makanan) pengaruh cuaca,
pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut yang buruk.
B.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya tonsillitis yaitu oleh
adanya infeksi bakteri dan virus, (Mansjoer, 2001) :
a.
Streptokokus Beta Hemolitikus
Streptokokus beta hemolitikus adalah bakteri
gram positif yang dapat berkembang biak ditenggorokan yang sehat dan bisa
menyebabkan infeksi saluran nafas akut.
b.
Streptokokus
Pyogenesis
Streptokokus pyogenesis adalah bakteri gram
positif bentuk bundar yang tumbuh dalam rantai panjang dan menyebabkan infeksi
streptokokus group A. Streptokokus Pyogenesis adalah penyebab banyak penyakit
penting pada manusia berkisar dari infeksi khasnya bermula ditenggorakan dan
kulit.
c.
Streptokokus
Viridans
Streptokokus viridans adalah kelompok besar
bakteri streptokokus komensal yang baik a-hemolitik, menghasilkan warna hijau
pekat agar darah. Viridans memiliki kemampuan yang unik sintesis dekstran dari
glukosa yang memungkinkan mereka mematuhi agregat fibrin-platelet dikatup jantung
yang rusak.
d.
Virus Influenza
Virus influenza adalah virus RNA dari famili
Orthomyxo viridae (virus influenza). Virus ini ditularkan dengan medium udara
melalui bersin pada manusia gejala umum yang terjadi yaitu demam, sakit
tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat. Dalam kasus yang buruk influenza
juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia.
C.
MANIFESTASI KLINIK
Menurut Megantara, Imam 2006,
manifestasi klinik dari tonsillitis yaitu Nyeri tenggorokan (yang semakin parah
jika penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena
tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama). Tanda
dan gejala lainnya yaitu:
1.
Pada
pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil membengkak, hiperemis : terdapat
detritus (tonsillitis folibularis), kadang detritus berdekatan menjadi satu
(tonsillitis laturasis) atau berupa membrane semu.
2.
Tampak
arkus palatinus anterior terdorong ke luar dan uvula terdesak melewati garis
tengah. Kelenjar sub mandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada
anak-anak.
3.
Tonsila biasanya nampak bercak – bercak dan
kadang diliputi oleh eksudat. Eksudat ini mungkin keabu – abuan atau
kekuningan. Eksudat ini dapat mengumpul dan membentuk membran dan pada kasus
dapat terjadi nekrosis jaringan lokal, nyeri tenggorokan, sulit menelan, demam,
mual dan kelenjar limfa pada leher membengkak, malaise (perasaan tidak menentu
pada tubuh yang tidak nyaman ).
4.
Tengorokan terasa kering, atau rasa
mengganjal di tenggorokan (leher)
5.
Nyeri saat menelan (nelan ludah ataupun
makanan dan minuman) sehingga menjadi malas makan Nyeri dapat menjalar ke
sekitar leher dan telinga.
6. Demam,
sakit kepala, kadang menggigil, lemas, nyeri otot. Dapat disertai batuk, pilek,
suara serak, mulut berbau, mual, kadang nyeri perut, pembesaran kelenjar getah
bening (kelenjar limfe) di sekitar leher.
7.
Adakalanya penderita tonsilitis (kronis)
mendengkur saat tidur (terutama jika disertai pembesaran kelenjar adenoid
(kelenjar yang berada di dinding bagian belakang antara tenggorokan dan rongga
hidung).
Tentu tidak semua keluhan dan tanda di atas diborong oleh satu orang penderita. Hal ini karena keluhan bersifat individual dan kebanyakan para orang tua atau penderita akan ke dokter ketika mengalami keluhan demam dan nyeri telan
Tentu tidak semua keluhan dan tanda di atas diborong oleh satu orang penderita. Hal ini karena keluhan bersifat individual dan kebanyakan para orang tua atau penderita akan ke dokter ketika mengalami keluhan demam dan nyeri telan
8.
Nyeri tenggorokan atau nyeri telan ringan bersifat
kronik, menghebat bila terjadi serangan akut.
9.
Badan lesu, nafsu makan berkurang, sakit
kepala.
10. Pada
adenoiditis kronik terjadi hidung buntu, tidur mendengkur.
11. Tonsil
umumnya membesar, pada serangan akut tonsil hyperemi
12. Arkus
anterior posterior merah
13. Pada
rinoskopi anterior, fenomena palatum mole negative, kadang tertutup sekret
mukopurulen.
Tentu tidak semua keluhan dan tanda di atas
diborong oleh satu orang penderita. Hal ini karena keluhan bersifat individual
dan kebanyakan para orang tua atau penderita akan ke dokter ketika mengalami
keluhan demam dan nyeri telan.
D.
PATOFISIOLOGI
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh
melalui saluran nafas bagian atas, akan menyebabkan infeksi pada hidung atau
faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan
virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi
sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi
juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat
berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit
tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia yaitu nyeri yang
menjalar ke telinga. (Nurbaiti 2001).
Pada
Tonsilitis Akut, Penularan terjadi melalui droplet dimana kuman menginfiltrasi
lapisan Epitel kemudian bila Epitel ini terkikis maka jaringan Umfold
superkistal bereaksi dimana terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit polimorfo nuclear, sedangkan tonsillitis kronik terjadi karena proses
radang berulang ,maka epitel mukosa dan jaringan limpoid terkikis, sehingga
pada proses penyembuhan jaringan limpoid diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang
antara elompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus. Proses ini
meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul purlengtan dengan jaringan
sekitar fosa tonsilaris.
E.
PENYIMPANGAN KDM
Bakteri virus
Saluran pernafasan atas
Peradangan tonsil
Tonsillitis produksi secret berlebih
|
Menuju hipotalamus
pelepasan mediator kimia
Nyeri
pada tonsil
Merangsang pelepasan
merangsang reseptor nyeri
Prostaglandin kesulitan
menelan
modulas,i transmisi, konduksi
↑ set point
nafsu makan ↓
nyeri dipresepsikan
Suhu
tubuh ↑ ketidakseimbangan
|
|
|||||
Luka insisi
|
|||
Kurang pengetahuan
|
Salah
terpajang informasi
|
|
|
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Tes laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk
menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien merupkan akteri gru A,
karena grup ini disertai dengan demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam
jengkering.
2. Pemeriksaan usap tenggorok
Pemeriksaan
ini sebaiknya dilakukan sebelum memberikan pengobatan, terutama bila keadaan
memungkinkan. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui kuman penyebabkan
dan obat yang masih sensitive terhadapnya.
3. Pemeriksaan darah lengkap yaitu :
Hal
ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan lekosit pada anak,
apabila ada menandakan anak terkena infeksi.
4. Kultur
dan uji resistensi bila diperlukan.
G.
TERAPI DAN PENGOBATAN
Pada
penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernafasan dan status
nutrisinya. Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu dilakukan
tonsilektomi, demikian juga jika pembesaran tonsil menyebabkan kesulitan
menelan dan nyeri saat menelan, menyebabkan penurunan nafsu makan / anoreksia.
Pada penderita tonsillitis yang tidak memerlukan tindakan operatif
(tonsilektomi), perlu dilakukan oral hygiene untuk menghindari perluasan
infeksi, sedangkan untuk mengubahnya dapat diberikan antibiotic, obat kumur dan
vitamin C dan B.
Pemantauan pada penderita pasca tonsilektomi secara
kontinu diperlukan karena resiko komplikasi hemorraghi. Posisi yang paling
memberikan kenyamanan adalah kepala dipalingkan kesamping untuk memungkinkan
drainage dari mulut dan faring untuk mencegah aspirasi. Jalan nafas oral tidak
dilepaskan sampai pasien menunjukkan reflek menelanya telah pulih.
Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna
yang berubah atau berwarna merah terang pada interval yang sering, atau bila
frekuensi nadi dan pernafasan meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu
dokter bedah. Perawat harus mempunyai alat yang disiapkan untuk memeriksa
temapt operasi terhadap perdarahan, sumber cahaya, cermin, kasa, nemostat
lengkung dan basin pembuang. Jika perlu dilakukan tugas, maka pasien dibawa ke
ruang operasi, dilakukan anastesi umur untukmenjahit pembuluh yang berdarah.
Jika tidak terjadi perdarahan berlanjut beri pasien air dan sesapan es. Pasien
diinstruksikan untuk menghindari banyak bicara dan bentuk karena hal ini akan
menyebabkan nyeri tengkorak.
Setelah dilakukan tonsilektomi, membilas mulut
dengan alkalin dan larutan normal salin hangat sangat berguna dalam mengatasi
lender yang kental yang mungkin ada. Diet cairan atau semi cair diberikan
selama beberapa hari serbet dan gelatin adalah makanan yang dapat diberikan.
Makanan pedas, panas, dingin, asam atau mentah harus dihindari. Susu dan produk
lunak (es krim) mungkin
dibatasi karena makanan ini cenderung meningkatkan jumlah mucus yang terbentuk.
1.
Penatalaksanaan
tonsilitis akut
·
Antibiotik
golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat isap
dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin.
·
Antibiotik
yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi
edema pada laring dan obat simptomatik.
·
Pasien
diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung
selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
·
Pemberian antipiretik.
2.
Penatalaksanaan tonsilitis kronik
·
Terapi lokal
untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
·
Terapi
radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif
tidak berhasil.
H.
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
pengkajian
a.
Identitas klien
-
Usia
Tonsillitis
akut biasanya sering terjadi pada anak-anakterbanyak pada usia kira-kira 5
tahun dan puncak berikutnya pada usia 10
-
Jenis Kelamin
Jenis
kelamin tidak mempengaruhi terjadinya tonsillitis. Semua anak dapat mengalami
tonsillitis. Hal itu dipengaruhi dari makanan yang mereka makan, perawatan
hygiene yang kurang.
-
Agama
-
Pendidikan
-
Alamat
b. Riwayat kesehatan
·
Riwayat
kesehatan sekarang
Penderita
biasanya demam, nyeri tengkorak, mungkin sakit berat dan merasa sangat nyeri
terutama saat menelan dan membuka mulut disertai dengan trismus (kesulitan
membuka mulut). Bila laring terkena, suara akan menjadi serak. Pada pemeriksaan
tampak faring hiperemis, tonsil membengkak, hiperemis : terdapat detritus
(tonsillitis folibularis), kadang detritus berdekatan menjadi sati (tonsillitis
laturasis) atau berupa membrane semu. Tampak arkus palatinus anterior terdorong
ke luar dan uvula terdesak melewati garis tengah. Kelenjar sub mandibula
membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak-anak. Pembesaran adenoid dapat menyebabkan
pernafasan mulut, telinga mengeluarkan cairan, kepala sering panas, bronchitis,
nafas bau dan pernafasan bising.
·
Riwayat
kesehatan keluarga
Pasien
dengan tonsillitis diturunkan dari keluarga. Penyakit yang mungkin di derita
oleh keluarga adalah gangguan infeksi pernafasan. Tetapi tonsilitis lebih
disebabkan karena anak mengkonsumsi makanan seperti makanan manis, mengandung
banyak pengawet dan perawatan mulut yang tidak baik.
·
Riwayat
kesehatan dahulu
Tidak
ada penyakit selama ibu hamil yang menjadi latar belakang dari tonsillitis. Hanya saja
kemungkinan besar anak terserang tonsillitis dikarenakan anak dilahirkan
premature. Hal itu disebabkan dari kegunaan organ tubuh yang belum matur
sehingga akan menyebabkan cepat dan gampang diserang penyakit. Hal itu termasuk
dengan tonsil pada anak.
c. Pemeriksaan fisik
·
Nadi
Pada
pasien yang memiliki tonsillitis biasanya nadinya cepat (takikardi)
·
Suhu
Bila
terjadi infeksi tonsillitis suhu akan naik (hipertermi, > 37,5oC)
·
Pernapasan
Pada
pasien dengan tonsillitis memiliki respirasi yang meningkat.
·
B1
(breathing)
-
Inspeksi
Pada pasien dengan tonsillitis
terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan, serta penggunaan
otot bantu pernafasan.
-
Palpasi
Ekspansi paru meningkat, fremiktus
traktil dada berkurang atau tidak ada
-
Perkusi
Pada dada terdengar suara normal,
diafragma mendatar dan menurun, penanjakan hati mengecil, batas paru dan hati
lebih rendah, pekak jantung berkurang.
·
B2
(Blood)
Pada
pasien dengan tonsilitis terlihat peningkatan tekanan darah dan nadi, serta
terjadi pula peningkatan suhu karena infeksi pada tonsil sehingga terjadi
pembengkakan tonsil.
·
B3
(brain)
Pada
infeksi perlu dikasi tingkat kesadarannya. Di samping itu, di perlukan
pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat kesadaran klien apakah composmentis,
somnolen,dll
·
B4
(Bladder)
Pengukuran
volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan kecukupan intake
cairan, output urine menurun
·
B5
(Bowel)
-
Mual/muntah
(anoreksia)
-
Nafsu
makan memburuk
-
Tidak
mampu untuk mengkonsumsi makanan karena pembengkakan tonsil
-
Penurunan
berat badan menetap.
·
B6
(Bone)
Penderita
tonsillitis merasa keletihan, kelemahansecara umum memerlukan bantuan orang
lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut diakibatkan karena
kebutuhan nutrisi dan cairan pasien berkurang akibat nyeri saat menelan makanan
dan minuman.
d. Pola kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi
Pada
anak yang memiliki gejala tonsillitis akan memiliki keluhan susah untuk
menelan, nafsu makan berkurang, mengeluh sakit ketika menelan, kadang-kadang
anoreksia. Hal itu ditandai dengan keadaan mulut kering. Biasanya dengan
keluhan ini berat badan anak menurun yang disebabkan oleh kurangnya nutrisi
dari makanan yang bisa masuk ke dalam tubuh akibat dari tonsillitis
2.
Istirahat
dan Tidur
Pasien
yang menderita tonsillitis akan mengalami gangguan tidur. Hal ini disebabkan
karena nyeri yang dimiliki akibat dari pembengkakan pada tonsil. Kesulitan
tidur ini akan menghambat pertumbuhan dan daya tahan tubuh dari anak.
3.
Hygiene
Personal
Pasien
yang menderita tonsilitis mandi 2x
sehari, saat BAB dan BAK peampres
langsung diganti oleh ibu. Terpenuhi karena Hygiene Personalnya dipenuhi
oleh Ibunya dan dengan bantuan perawat
4.
Eliminasi
Haluaran
urine pada anak yang menderita tonsillitis menurun. Hal itu disebabkan oleh
ketidak mampuan anak untuk menelan air, sehingga anak tidak mau meminum air
akibat rasa sakit yang dirasakan ketika menelan. Hal itu menyebabkan haluaran
urin menjadi menurun.
2.
Diagnose keperawatan
Pre
Operasi
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan obstruksi nafas karena adanya benda asing ; produksi secret
berlebih
2.
Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan
nyeri telan
3. Gangguan pengaturan suhu tubuh
hipertermi sehubungandengan infeksi akut oleh mikroorganisme
4. Gangguan kebutuhan istirahat tidur
sehubungandengan adanya nyeri pada daerah tonsil
5. kecemasan s/d
kurangnya pengetahuan atau informasi tentang penyakit yang diderita oleh klien.
Post
operasi
1. Nyeri
berhubungan dengan pembengkakan jaringan ; insisi bedah
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan
rapuhnya jaringan post op
3.
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan resiko perdaran akibat tindakan operatic tondilektomi
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan penyebaran kuman akibat invasif pasca operatif.
3.
Intervensi
Pre
operasi
1.
Bersihan
jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan dengan obstruksi nafas karena
adanya benda asing; produksi secret berlebih.
Tujuan : bersihan
jalan nafas efektif
Kriteria hasil
:
-
Tidak
ada penumpukan sekrret
-
Frekuensi
pernapasan dalam batas normal
-
Tidak
ada bunyi nafas tambahan
a. Kajian / pantau frekuensi pernafasan
R/ : Takipnea
dapat ditemukan pada penerimaan atau selama adanya proses infeksi akut.
b. Auskutasi
bunyi nafas, cabit adanya bunyi nafas
R/
: Adanya obstruksi jln nafas dapat / tidak
dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius.
c. Catat
adanya dispnea, gelisah, ansiebis distress pernafasan, penggunaan otot Bantu
R/ : Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap
proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan dirumah sakit.
d. Kajian
pasien untuk posisi yang nyaman, mis : Peninggian kepala tempat tidur, duduk
pada sandaran tempat tidur.
R/ : Peninggian tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan
menggunakan gravitasi
e. Lakukan oral hygiene dengan teratur.
R/ : Oral
hygiene dapat mencegah proses infeksi berlanjut dan dapat mengontrol
pengeluaran secret.
f. Bila perlu lakukan suctioning
R/
: Suchoring membantu pengeluaran secret pada pasien
yang tidak mampu mengeluarkan secret secara mandiri melalui bentuk efektif.
g. Oksigenasi
R/ : Pemberian
oksigen dapat membantu klien mencukupi kebutuhan oksigen yang mungkin tidak
tercukupi dengan baik akibat obstruksi jalan nafas.
2.
Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan
nyeri telan
Tujuan : nutrisi terpenuhi
Criteria hasil :
-
Nafsu makan meningkat
-
Peningkatan BB
a. Tentukan
kalori harian
R/
: Dengan mengetahui kalori yang dibutuhkan dapat mengetahui jumlah diit yang
diperlukan.
b. Jelaskan
pentingnya nutrisi yang adekuat
R/
: Nutrisi yang adekuat dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat
penyembuhan luka.
c. Beri
dorongan individu untuk makan, khususnya makanan lunak.
R/
:.Asupan makanan yang cukup dan adekuat dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
d. Berikan
kesenangan, suasana makan yang rileks
R/
:.Suasana yang nyaman meningkatkan semangat klien untuk makan.
e. Sajikan
makanan porsi kecil tapi sering
R/
: Makanan dalam porsi kecil dapat mengurangi intensitas dalam menelan.
3. Gangguan pengaturan suhu tubuh
hipertermi sehubungandengan infeksi akut oleh mikroorganisme
Tujuan
: gangguan suhu tubuh teratasi
Criteria
hasil :
-
Suhu
tubuh kembali normal
a.
Kaji tingkat demam
R/
: Dengan mengkaji tingkat demam maka akan diketahui seberapa berat infeksi
yang dialami.
e. Beri kompres
hangat pada daerah frontal / dahi
R/ : Kompres hangat membantu vasodilatasi pembuluh darah
dikepala sehingga mempercepat penguapan panas.
f. Anjurkan
keluarga klien untuk memakaikan pakaian yang tipis pada klien
R/ : Pakaian
tipis membantu proses radiasi pada tubuh secara tidak langsung.
Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat golongan
antipiretik
R/
: Pemberian obat antipiretik bertujuan untuk menurunkan panas.
4. Gangguan
kebutuhan istirahat tidur sehubungandengan adanya nyeri pada daerah tonsil
Tujuan
: istirahat/tidur terpenuhi
Criteria
hasil :
-
Klien
tidak mengelauh sulit tidur
-
Klien
tampak kuat dan segar
a. Atur posisi tidur yang baik untuk
klien
R/
: posisi tidur yang baik dapat menjamin kenyamanan saat tidur
b. Batasi jam berkunjung bagi tamu
R/
: Berikan kesempatan kepada klien untuk beristirahat tanpa merasa terganggu.
c. Ciptakan suasana yang nyaman dan
tenang
R/
: Suasana nyaman dan tenang membantu mempercepat istirahat tidur bagi klien
d. Berikan
pengertian kepada klien tentang pentingnya istirahat tidur
R/ : Pentingnya istirahat dan tidur sebab dapat memicu keadaan
tubuh untukk mengarah ke proses penyembuhan yang cepat.
5. kecemasan s/d kurangnya pengetahuan atau informasi
tentang penyakit yang diderita oleh klien.
Tujuan : kecemasan teratasi
Criteria hasil :
- klien
dan keluarga tidak bertanya lagi tentang penyakit yang diderita
a.
Kaji tingkat kecemasan klien dengan mendengarkan keluhan
klien dan keluarganya
R/ : Dengan
mendengarkan semua keluhan yang diutarakan, perawat bisa mengetahui sejauh mana
tingkat kecemasan yang dialami dan dapat memberikan intervensi yang
selanjutnya.
b.
Berikan informasi tentang penyakit yang sedang dideritai
R/ : Dengan memberikan
informasi dan penjelasan klien dapat mengerti apa yang sedang dideritanyadan
klien akan dapat mengurangi rasa cemasnya.
c. Anjurkan klien untuk selalu berdoa
dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa
R/
: Dengan berdoa serta mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa maka
yakinlah bahwa kecemasan dan penyakit klien pasti bisa berkurng dan sembuh.
d.
Memberikan perawatan yang baik dan ramah pada klien
R/ : Dengan
memberikan peleyanan yang baik dan ramah pada klien maka klien akan merasa
diperhatikan sehingga klien menjadi tenang dan nyaman.
Post operasi
1. Nyeri
berhubungan dengan pembengkakan jaringan; insisi bedah
Tujuan : nyeri hilang atau berkurang
Criteria hasil :
-
Klien tidak menunjukan ekspresi kesakitan
-
Klien dapat beristirahat dengan tenang
a. Kaji
tingkat nyeri
R/
: menentukan intervensi selanjutnya
b. berikan
tindakan nyaman (pijatan punggung,perubhan posisi) dan aktifitas hiburan
R/ : Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian
pd sesuatu disamping diri sendiri/ketidaknyamanan
c. Dorong
pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut dengan hati-hati bila tdk
mampu menelan
R/ : Menelan menyebabkan aktifitas otot ygdpt
menimbulkan nyeri karena adanya edema/regangan jahitan
d. Selidiki
perubahan karakteristik nyeri,periksa mulut jahitan atau trauma baru
R/ : Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yg memerlukan evaluasi
lanjut/intervensi jaringan yg terinflamasi dan kongesti,dpt dgn mudah mengalami
trauma dgn penghisapan kateter,selang makanan
e. Catat
indikator non verbal dan respon automatik terhadap nyeri,evaluasi efek
analgesik
R/ : Alat
menentukan adanya nyeri,kebutuhan terhadap keefektifan obat
f. Anjurkan penggunaan perilaku
manajemen stress contoh : teknik relaksasi, bimbingan imajinasi
R/ : Meningkatkan rasa sehat, tidak
menurunkan kebutuhan analgesic dan meningkatkan penyembuhan
g. Berikan
irigasi oral, anestesi sprei dan kumur-kumur. Anjurkan pasien melakukan irigasi
sendiri
R/ : Memperbaiki
kenyamanan, meningkatkan penyembuhan dan menurunkan bau mulut. Bahan pencuci
mulut berisi alcohol / fenol harus dihindari karena mempunyai efek
mengeringkan.
h. Berikan analgetik
R/ : Derajat
nyeri sehubungan dengan luas dan dampak psikologi pembedahan sesuai dengan
kondisi tubuh
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan
rapuhnya jaringan post op
Tujuan : tidak terjadi perdarahan
Criteria hasil :
-
Tidak menunjukan adanya tanda-tanda
perdarahan
a. Beri
kalung es disekitar area operasi
R/
: Es mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga menekan perdarahan
b. Beri
es cream ( yang halus, tidak merangsang batuk ), sesering mungkin
R/
: Batuk menyebabkan penekanan pada vaskuler sehingga mempertinggi resiko
perdarahan
c. Hindari
makanan panas dan kasar selama 1 minggu
R/ : Makanan panas mengakibatkan vasodilatasi
pembuluh darah yang meningkatkan resiko perdarahan, makanan kasar bisa melukai
area post operasi yang bisa menyebabkan perdarahan.
3.
Resiko kekurangan vol. cairan berhubungan dengan resiko perdarahan akibat
tindakan operatif tondilektomi.
Tujuan : cairan tubuh terpenuhi
Criteria hasil :
-
TTV stabil, palpasi denyut nadi dengan kualitas yang
baik
-
Turgor
kulit normal, membrane mukosa lembab
-
Pengeluaran
urine individu yang sesuai
a. Catat
pemasukan dan pengeluaran catatan inroperasi
R/ : Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi
pengeluaran cairan / kebutuhan penggantian dan pilihan yang mempengaruhi
intervensI.
b. Munculnya
mual / muntah, riwayat pasien mabuk perjalanan
R/
: Semakin lama durasi anestesi, semakin besar rasio
mual yang mempunyai kecenderungan mabuk perjalanan mempunyai resiko mual/
muntah yang lebih tinggi pada masa pascaoperasi.
c. Pantau
suhu kulit, palpasi denyut perifer
R/ : Kulit yang
dingin / lembab, denyut yang lemah mengindikasikan untuk penggantian cairan
tambahan.
d. Berikan cairan parenteral, sesuai
petunjuk
R/ : Gantikan kehilangan cairan yang telah
didokumentasikan. Catat waktu penggantian nol rupulasi yang potensial bagi
penurunan komplikasi.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan penyebaran kuman akibat invasif pasca operatif.
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Criteria
hasil :
-
tidak
menunjukan adanya tanda-tanda infeksi
-
suhu
badan normal
a. Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
R/
: Deteksi dini terjadinya infeksi.
b.
Observasi TTV.
R/
: Mengetahui keadaan umum klien dan Merupakan tanda
adanya infeksi apabila terjadi peradangan
c. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik.
R/
: Antibiotik dapat mencegah sekaligus membunuh kuman
penyakit untuk berkembang biak
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito,
Lynda Juall .2000. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan . Jakarta : EGC
Mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta ; EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar